Krjogja.com - SUKOHARJO - Pemkab Sukoharjo tetapkan status siaga darurat bencana alam baik ancaman dampak hujan La Nina dan kekeringan akibat kemarau El Nino. Fenomena alam yang sulit ditebak membuat pemerintah daerah melibatkan semua unsur melakukan kesiapsiagaan. Penetapan status juga dilakukan setelah ada rapat koordinasi bersama pemerintah pusat salah satunya melibatkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Senin (8/5/2023) mengatakan, Pemkab Sukoharjo melalui BPBD Sukoharjo sudah mengikuti Rakor bersama pemerintah dimana didalamnya melibatkan BMKG sebagai lembaga yang berwenang terkait cuaca. Rakor dilakukan sebagai persiapan menghadapi fenomena alam yang sulit ditebak.
Ariyanto mengatakan, salah satunya seringnya muncul perkiraan fenomena alam yang kemudian mendadak berubah drastis. Seperti kondisi dimana seharusnya hujan justru terjadi kemarau atau sebaliknya. Hal ini harus diantisipasi sejak dini terkait penanganan bencana alam dan dampak lainnya seperti cadangan pangan nasional serta air bersih.
"Sekarang posisi status siaga darurat bencana alam. Baik itu La Nina dan El Nino tetap kami siaga. Sebarang saat ini serang peralihan musim. Pemerintah pusat sudah menggelar rakor dan meminta kepada semu daerah bersiap. Semua dipersiapkan baik penanganan bencana alam dan dampak lain seperti stok cadangan pangan serta air bersih," ujarnya.
[crosslink_1]
BPBD Sukoharjo sudah berkoordinasi langsung dengan Pemkab Sukoharjo. Hasilnya Bupati Sukoharjo Etik Suryani meminta kepada semua pihak untuk siaga. Ariyanto menjelaskan, artinya tidak hanya BPBD Sukoharjo saja melainkan juga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait yang berwenang semisal bidang cadangan pangan dan air bersih.
Sulitnya fenomena alam ditebak juga membuat BPBD Sukoharjo meminta pada masyarakat untuk siaga. Salah satunya yakni warga yang tinggal di wilayah rawan bencana alam seperti banjir.
"Bencana alam banjir di Kabupaten Sukoharjo karena faktor tiga hal penting yakni hujan secara merata dalam durasi waktu lama di wilayah Solo Raya, air buangan dari Waduk Gajah Mungkur (WGM) di Kabupaten Wonogiri dan luapan Sungai Bengawan Solo," lanjutnya.
Letak geografis Kabupaten Sukoharjo yang berada di wilayah tengah di Solo Raya membuat debit Sungai Bengawan Solo sering mengalami peningkatan signifikan karena adanya buangan atau alirasinair dari daerah lain. Akibatnya Sungai Bengawan Solo meluap dan menggenangi rumah warga dan lainnya.
"Kami juga siaga bencana kekeringan. Pemerintah pusat melalui BMKG terus melakukan pemantauan karena posisi sekarang peralihan musim," lanjutnya.
[crosslink_2]
Ariyanto menegaskan baik La Nina dan El Nino sama-sama tetap diantisipasi karena dampaknya tidak hanya dirasakan orang per orang atau warga saja. Namun juga pemerintah daerah, provinsi dan pusat. Khusus El Nino, BPBD Sukoharjo sudah berkoordinasi dengan OPD terkait dengan melakukan persiapan salah satunya kerawanan kebakaran dan gagal panen. Terpenting juga kemarau berdampak pada kekeringan yang membuat warga kesulitan mendapat air bersih.
"Ibu Bupati sudah meminta kepada para pimpinan OPD sampai camat untuk siaga terhadap fenomena alam La Nina dan El Nino. Semua dilakukan persiapan jangan sampai kewalahan nanti," lanjutnya.
Sebagai bentuk tindaklanjut kesiapsiagaan bencana alam, BPBD Sukoharjo sudah turun memantau perkembangan kondisi wilayah melibatkan camat. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini di 12 kecamatan. (Mam)