Krjogja.com - KLATEN - PT Tirta Investama – Pabrik Klaten (AQUA Klaten) kolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat memperingati Hari Air sedunia, di Bendung Bagor, Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Rabu (22/03/2023).
Stakeholder Relation Manager AQUA Klaten, Rama Zakaria mengemukakan,
Rama menjelaskan, kegiatan diikuti juga oleh Pusur Institute, Forum Relawan Irigasi Jogo Toya Kamulyan, Pemerintah Desa Juwiring, Pemerintah Kecamatan Juwiring SMK N 1 Polanharjo, SMP N 2 Klaten, Gita Pertiwi Surakarta, SHIND (Secercah Harapan Indonesia) Jogja, LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan) Surakarta dan Multi Stakeholder Forum (MSF) Klaten.
Selain mengingatkan pentingnya menjaga air, siswa diberi kesempatan belajar dan memahami langsung kearifan lokal dari petani. Hal tersebut sesuai dengan tema Hari Air sedunia 2023 yaitu “Be The Change” atau menjadi motor perubahan dalam pengelolaan sumber daya air yang lebih baik.
Rama menambahkan, secara swadaya, jaringan irigasi sub DAS Pusur di wilayah hilir telah dikelola secara gotong royong oleh Gabungan Paguyuban Petani Pengguna Air (GP3A). Terlibat didalamnya, sebanyak 7 pemerintah desa yang mendapatkan aliran dari Bendung Bagor yang dibangun sejak tahun 1954. Dengan sistem kelola Jaga Toya ini, 596 ha lahan yang sebelumnya tidak terairi, saat ini telah terairi seluas 300 ha.
[crosslink_1]
AQUA Klaten juga berperan mendorong 7 pemerintah desa untuk mewujudkan Peraturan Antar Desa (Perkades) dalam pengelolaan Jaringan irigasi secara kolaboratif. Ikatan hukum formal dalam Perkades tersebut supaya bisa saling mendukung model kearifan lokal dengan revitalisasi Jaga Toya dari Forum Relawan Irigasi. “Kita berharap upaya tersebut mampu menjadi alternatif solusi bagi permasalahan kelangkaan air persawahan di musim kemarau sekaligus mengandlikan laju air pada musim penghujan,” ucap Rama.
Ketua Forum Relawan Irigasi Jaga Toya (Jaga Air) Kamulyan, Martono, menyampaikan pesan kearifan lokal dengan semangat Jawa Memayu Hayuning Bawana. “Air adalah sumber kehidupan yang harus dikelola dan dimanfaatkan secara bijak. Merawatnya adalah tanggung jawab bersama, dilakukan secara bergotong-royong untuk masa depan anak-cucu. Nilai-nilai luhur Jawa ini harus dikenalkan dan dipahami oleh generasi muda,” jelas Martono.
Danang, Kepala Desa Pundungan yang juga Ketua Pusur Institute menyampaikan,