SUKOHARJO,KRJOGJA.com - Petani dan masyarakat diminta untuk ikut peduli melakukan penyediaan rumah burung hantu (rubuhan) sebagai tempat pengembangbiakan burung hantu. Tidak hanya di wilayah pinggiran pedesaan saja melainkan juga di perkotaan. Sebab ancaman serangan hama tikus masih terjadi hampir disemua wilayah pertanian.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo Netty Harjianti, Senin (24/4/2017) mengatakan, hama tikus masih menjadi ancaman serius bagi petani. Bahkan tikus juga menjadi ancaman masyarakat karena mereka juga sering masuk ke dalam rumah maupun perkantoran.
Upaya pemberantasan sudah sering dilakukan oleh petugas dengan gropyokan. Namun hal tersebut belum maksimal karena perkembangbiakan tikus sangat cepat.
“Butuh predator alami untuk bisa hidup berkembang melakukan pemberantasan hama tikus yakni dengan pengembangbiakan burung hantu,†ujar Netty.
Pengembangbiakan burung hantu dikatakan Netty tidak serepot yang dibayangkan oleh petani dari masyarakat umum. Sebab populasi burung hantu di alam di Sukoharjo sudah sangat banyak. Mereka hidup liar dan mudah ditemukan disejumlah wilayah.
“Petani dan apabila diperlukan masyarakat umum kami dorong untuk membuat rubuhan. Media rubuhan ini sangat penting dan dibutuhkan burung hantu untuk berkembangbiak sendiri,†lanjutnya.
Netty menjelaskan, burung hantu memiliki karakter hidup liar dan tidak bisa membuat sarang atau rumah sendiri. Jadi perlu sentuhan dan perhatian manusia membantu menyediakan rubuhan.
Data dari Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo di 167 desa dan kelurahan di 12 kecamatan sudah memiliki rubuhan. Namun untuk penangkaran masih terpusat dibeberapa wilayah saja salah satunya di Kampung Kelurahan, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo.