KLATEN (KRjogja.com) - Perajin tahu dan tempe di wilayah Klaten menggunakan kedelai impor, karena stok kedelai lokal tidak mencukupi kebutuhan mereka. Industri tahu di Klaten tersebar di beberapa wilayah, antara lain di Karangnaom, Jatinom, dan juga di Pedan yang merupakan salah satu sentra pembuatan tahu dan tempa terbesar di Klaten.
Beberapa perajin tahu dan tempe Minggu (16/10/2016) mengemukakan, kebutuhan masyarakat terhadap produk tahu dan tempe meningkat. Hal ini diantaranya dikarenakan harga tahu dan tempe lebih terjangkau, sedangkan lauk jenis ini mengandung nilai gizi yang tinggi.
Mereka mengatakan, kedelai lokal sebenarnya memiliki keunggulan, yakni lebih tahan lama dan lebih kenyal. Namun demikian, ketersediaan bahan baku kedali lokal itu tidak selalu ada setiap dibutuhkan. Sehubungan hal itu kebanyakan perajin tahu dan tempe menggunakan kedelai impor.
Kepala Dinas Pertanian Klaten, Wahyu Prasetyo beberapa waktu lalu.
Budi, salah seorang pengusaha tahu di Jatinom mengatakan, jika menuruti permintaan pasar, maka setiap minggu terjadi kenaikan. Namun demikian, dikarenakan keterbatasan fasilitas dan juga karyawan maupun permodalan, produksi tahu setiap hari stabil, dengan kebutuhan bahan baku kedelai sekitar 5 kuintal (Sit)