BOYOLALI, KRJogja.com – Ironi menyelimuti perjuangan cabang olahraga angkat besi di Boyolali. Di tengah prestasi membanggakan yang kerap diraih para atlet, perhatian dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Boyolali justru dinilai minim. Para pengurus bahkan harus merogoh kocek pribadi demi keberlangsungan pembinaan atlet.
Hal ini diungkapkan Wakil Ketua PABSI Boyolali, Tulus Slamet Santoso, Senin (19/5/2025). Ia menegaskan bahwa selama ini sinergi antara KONI dengan cabang olahraga angkat besi (PABSI) masih sangat lemah, khususnya dalam hal fasilitas dan pendanaan operasional.
“Untuk operasional saja, kami dari pengurus kadang harus mengeluarkan biaya sendiri,” ujar Tulus.
Latihan di Teras Rumah, Alat Latihan Terbatas
Saat ini, PABSI Boyolali membina sekitar 10 atlet. Namun, keterbatasan fasilitas membuat para atlet harus berlatih di tempat seadanya, yakni di halaman rumah milik pelatih mereka, Gandung, yang berada di Gombang, Kecamatan Sawit.
“Kalau hujan ya pindah ke teras. Latihannya benar-benar sederhana,” ucap Tulus prihatin.
Tulus menambahkan, dari seluruh kebutuhan alat latihan, baru sekitar 25% yang terpenuhi. Saat ini PABSI hanya memiliki tiga set alat angkat besi, sementara jumlah atlet ada sepuluh orang.
Modal Pribadi Demi Prestasi
Persiapan mengikuti kejuaraan pun tak lepas dari pengorbanan finansial. Menurut Tulus, satu atlet membutuhkan biaya sekitar Rp 8 juta untuk ikut lomba. Dalam satu kejuaraan, biasanya PABSI Boyolali mengirimkan 4 atlet dan satu pelatih.
Meski sempat mendapat dana hibah dari Pengprov PABSI, jumlahnya tetap belum mencukupi. Kondisi ini memaksa pengurus menggunakan dana pribadi untuk menutup kekurangan.
“Kami pernah ajukan anggaran Rp 15 juta, tapi yang cair hanya Rp 10 juta. Itu belum cukup untuk alat latihan, suplemen, dan makanan atlet,” jelasnya.
Harapan: Serius dan Transparan
Tulus berharap KONI Boyolali mulai menunjukkan keseriusan dalam membina cabang-cabang olahraga yang ada di bawah naungannya. Ia menyoroti kurangnya regenerasi di banyak cabang olahraga, yang menyebabkan Boyolali kekurangan atlet.
“Angkat besi punya peluang besar. Prestasi kami di tingkat provinsi dan nasional juga sudah terbukti,” kata dia optimis.
Event terdekat yang akan diikuti adalah Pra Porprov di Semarang. PABSI Boyolali menargetkan bisa menembus 5 besar dan melangkah ke Porprov, dengan harapan membawa pulang medali emas.
“Kami ingin punya tempat latihan sendiri, alat lengkap, dan pembinaan yang berkelanjutan. Tanpa dukungan serius dari KONI, sulit bicara prestasi,” tutup Tulus.