Dengan demikian, selain berfungsi untuk meningkatkan daya serap air, lubang biopori juga mencegah genangan, sekaligus mengubah sampah organik rumah tangga menjadi kompos secara alami, dengan bantuan organisme tanah.
Dengan demikian, biopori tidak hanya membantu mengurangi timbunan sampah, tetapi juga memberi manfaat ekologis bagi lingkungan.
Melalui gerakan biopori ini diharapkan dapat menekan jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA), sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat mengelola sampah sejak dari sumbernya. Jadi, sampah organik dapat diolah langsung di rumah tangga, sehingga lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Sistem biopori dalam pengolahan sampah organik memang diakui memiliki kekurangan, seperti volume sampah yang bisa ditampung sangat terbatas, proses penguraian lama, dan kompos baru bisa diambil setelah tiga sampai enam bulan.
Akan tetapi, jika sistem biopori diterapkan oleh semua aparatur sipil negara ASN, non-ASN, dan perangkat kelurahan yang jumlahnya lebih dari 8.000 orang, dan di setiap rumah tidak hanya terdapat satu lubang, maka langkah itu efektif mengurangi sampah rumah tangga.
Apalagi, berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Bantul, setiap orang di daerah itu rata-rata menghasilkan sekitar 0,6 sampai 0,7 kilogram sampah per hari. Dari jumlah itu, sekitar 60 sampai 70 persen merupakan sampah organik yang bisa dikelola dan dimanfaatkan kembali.
Tanggung jawab bersama
Pengolahan sampah melalui sistem biopori juga menjadi tanggung jawab semua pihak yang selama ini memproduksi sampah organik, agar bisa menekan atau mengurangi sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah.
Untuk itu, pemerintah daerah menganjurkan pembuatan lubang biopori juga diaplikasikan bagi masyarakat Bantul yang mampu secara ekonomi dan mempunyai lahan memadai di sekitar atau lingkungan rumah tangga.
Dengan demikian, setelah semua aparatur negara diwajibkan menjadi teladan membuat biopori, dipikirkan bagaimana masyarakat umum, dan masyarakat yang mampu untuk membuat biopori di rumahnya masing masing secara mandiri.
Bagi Pemkab Bantul. sampah, terutama sampah organik, yang diolah dengan cara dibakar selama ini menjadi tidak efektif, sehingga lebih baik dimasukkan di lubang biopori yang terbuat dari pipa 100 centimeter yang ditanam dalam tanah tersebut.
Biopori tersebut manfaatnya ganda, yaitu bisa menjadi komposter alam karena sampah yang membusuk akan menjadi popuk organik. Manfaat yang kedua, biopori bisa menyerap air hujan untuk mengurangi banjir.
Terkait hal ini, masyarakat kembali diingatkan bahwa tanggung jawab mengolah sampah pada dasarnya adalah yang memproduksi sampah itu sendiri.