Kemandirian juga ditanamkan melalui kebijakan sederhana yang disepakati bersama, salah satunya adalah pembatasan penggunaan gawai. Siswa putra hanya menggunakan ponsel pada hari Minggu, sementara siswi pada hari Sabtu, masing-masing selama empat jam. Tujuannya bukan untuk membatasi, melainkan mengajarkan pengendalian diri dan keseimbangan.
Kini, banyak siswa yang secara sukarela menitipkan ponselnya kepada orang tua atau pendamping sebagai tanda kedewasaan.
Kegiatan di SRMA 19 Bantul tidak terbatas pada pembelajaran akademik. Sekolah juga menanamkan nilai spiritual, sosial, dan lingkungan melalui berbagai kegiatan, seperti beribadah bersama, olahraga, rekreasi, dan kegiatan sosial kemanusiaan.
Siswa diajak menanam pohon, menjaga kebersihan, serta berbagi dengan masyarakat sekitar. Aktivitas ini dinilai menjadi sarana membangun empati, rasa syukur, dan kebersamaan.
Dalam beberapa bulan terakhir, perubahan perilaku terlihat nyata. Semangat ibadah meningkat, rasa hormat terhadap guru dan teman semakin kuat, serta muncul inisiatif untuk melakukan kegiatan positif, tanpa diminta. Banyak siswa yang awalnya pasif, kini berani tampil, berpendapat, dan berkontribusi.
Nilai kemanusiaan
Bagi para pengelola, capaian terbesar SRMA 19 Bantul, bukan sekadar prestasi akademik, melainkan keberhasilan membangun karakter dan kemanusiaan.
Di sekolah ini, setiap anak dianggap unik, dengan potensi yang perlu dirawat, melalui kasih sayang dan kepercayaan.
Pendekatan humanis yang dijalankan, menjadikan SRMA 19 seperti rumah kedua, yang berarti tempat siswa belajar menemukan jati diri dan arti kebahagiaan.
Pengasuhan yang dilakukan melalui empati, disiplin, dan keteladanan, menciptakan ruang bagi anak-anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan penuh kasih.
Di tengah derasnya tuntutan dunia pendidikan modern, SRMA 19 Bantul menjadi pengingat bahwa sekolah seharusnya tidak hanya mencetak siswa cerdas, tetapi juga manusia yang berkarakter dan berjiwa sosial.
Pendidikan dengan hati inilah yang perlahan membentuk generasi muda yang tidak sekadar mengejar nilai, melainkan memahami makna kehidupan bersama.