3 Fakta Keroncong Perlawanan PANEN RAYA Paksiband

Photo Author
- Selasa, 13 Juni 2023 | 20:37 WIB
Paksiband saat launching album PANEN RAYA di Prambanan Jazz Cafe  (foto: istimewa)
Paksiband saat launching album PANEN RAYA di Prambanan Jazz Cafe (foto: istimewa)

Krjogja.com - Keroncong kata anak-anak muda adalah musik yang bikin ngantuk, tua, kuna dan lawas. Tapi di tangan Paksiband keroncong menjadi sebuah perlawanan, di mana musik tersebut dikemas menjadi penawaran baru.


Di tengah gempuran lagu berbahasa Jawa yang dikemas dangdut koplo, Paksiband juga membungkus bahasa Jawa, lebih khusus lagi kesusastraan Jawa menjadi lagu-lagu keroncong yang enak didengar.


Selasa 13 Juni 2023 di Prambanan Jazz Cafe, Paksiband merilis album perdana genre keroncong bertajuk PANEN RAYA.


[crosslink_1]


“Sembilan dari 10 lagu yang ada di album ini liriknya memakai bahasa Jawa. Jenis musik keroncong yang kami mainkan pun kata orang adalah jenis keroncong modern,” kata Paksi Raras Alit, sang vokalis dan pendiri band yang memainkan keroncong modern sejak 2017.


Paksiband mengusung single hits pertama berjudul 'Panen Raya' yang sudah dirilis video klipnya beberapa waktu lalu.


“Harapannya, dengan judul kata PANEN RAYA ini juga semoga Paksiband juga ‘panen’ akan perjuangan kami selama ini dalam memainkan musik tradisi keroncong. Di tengah arus musik Barat dan modern ini, selama ini kami kan setia dalam menanam dan menyemai keroncong dalam bentuk baru, semoga album ini merupakan buah dari proses tersebut,” lanjut Paksi.


3 Fakta Keroncong Paksiband
Pertama, mengenai musik keroncong itu sendiri. Selama ini musik keroncong identik dengan sesuatu yang kuna, tradisional, tua, dan bikin ngantuk. Tapi, dalam album ini Paksiband mencoba mengeksplorasi musik keroncong dalam kemasan modern, dengan perpaduan instrumen tradisi dan modern.


"Album ini adalah suguhan produk budaya tradisi dalam persilangannya dengan modernitas,” jelasnya.


Kedua, Paksiband menyajikan lagu-lagu di album PANEN RAYA dengan lirik bahasa Jawa. Bahasa Jawa yang digunakan dalam album ini adalah bahasa Jawa yang lugas, ngoko, dengan tema-tema akan isu sosial di masyarakat.


Seperti lirik lagu Panen Raya misalnya, yang mengisahkan tentang isu agraria di negara ini, dimana salah satu kutipan liriknya “sawahe jembar-jembar, parine lemu-lemu, petanine tuwa-tuwa” adalah satir atau sindiran dari Paksiband akan permasalahan regenerasi petani di Indonsia.


“Anak muda hari ini tidak ada yang mau jadi petani. Mereka milih bekerja di kota. Kalau tidak ada petani muda, besok-besok siapa dong yang akan garap sawah,” begitu kata Paksi.


Ketiga, tema lirik dalam album ini juga tidak ada yang mengangkat kisah asmara patah hati. Meskipun hari ini penggunaan lirik bahasa Jawa sedang jadi trend dalam skena musik dengan tema patah hati, namun Paksiband memilih untuk menawarkan tema lirik Jawa yang lain.


“Sastra Jawa itu kan jarang yang isinya kritik atau tema yang membicarakan perlawanan dan ketertindasan, saya sebagai penulis lirik menawarkan hal tersebut dalam khazanah kesusastraan Jawa," terang Paksi yang juga merupakan akademisi Sastra Jawa jebolan UGM ini.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Mantan Vokalis Edane, Ecky Lamoh Meninggal Dunia

Minggu, 30 November 2025 | 10:30 WIB
X