Dalam hal hilirisasi penelitian dan paten, Kemenristekdikti sudah mendanai dan membimbing beberapa produk inovatif dari penelitian dan paten yang sudah digunakan masyarakat, termasuk dua alat medis untuk kesehatan gigi dan mulut dentolaser antimikroba dan fotobiomodulasi sel dari Universitas Airlangga, Mesin Plasma Ozon dari Universitas Diponegoro yang dapat memperpanjang masa simpan hasil panen hortikultura, benih jagung Brawijaya Sweet dari Universitas Brawijaya yang tahan penyakit, Katalis Merah Putih dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dapat memproduksi bioavtur dan green diesel berbasis campuran minyak sawit, serta Motor Listrik Gesits dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang sudah mendapat dukungan penuh dari kementerian lain.
"Secara prinsipal, Gesits ini adalah kendaraan listrik pertama kali buatan Indonesia. Dalam sejarahnya Indonesia belum pernah punya prinsipal sendiri, baru kali ini punya prinsipal, sebagai perusahaan pemula di kendaraan listrik ini. Nanti di mobil juga harus melakukan hal yang sama," ungkap Menteri Nasir.
Menristekdikti mendorong infrastruktur pengisian daya bagi Gesits sudah merata di seluruh Jakarta pada 2020 dengan cara meyakinkan kepada para Menteri lain untuk mencoba langsung motor Gesits.
"Kemarin saat dilaunching untuk Indonesia di Monas, bagaimana kendaraan listrik dimulai pada 2020 semua harus merayap di Jakarta. Para Menteri, yaitu Menko Maritim Pak Luhut Binsar Panjaitan, Pak Menhub Budi Karya Sumadi, Pak Menteri Perindustrian Erlangga Hartanto mencoba motor Gesits semua," ungkal Menristekdikti.
Selain inovasi dari perguruan tinggi, Kemenristekdikti juga turut mendorong mahasiswa dan masyarakat menggerakkan ekonomi Indonesia berlandaskan inovasi melalui program Calon Perusahaan Pemul Berbasis Teknologi (CPPBT) dan Perusahaan Pemul Berbasis Teknologi (PPBT).
Diharapkan PPBT yang sudah mature dengan omzet di atas satu miliar Rupiah dapat mempertahankan ekonomi Indonesia di tengah persaingan. Jumlah PPBT yang sudah mencapai omzet satu miliar setiap tahun berlipat ganda. Pada 2015 jumlahnya baru mencapai empat perusahaan. Pada 2016 jumlahnya meningkat dua kali menjadi delapan perusahaan.
Pada 2017 jumlahnya meningkat hampir tiga kali lipat, yaitu menjadi 21 perusahaan. Pada 2018 sudah ada 30 perusahaan yang produknya sudah laris di masyarakat dan beromzet di atas satu miliar Rupiah. Diharapkan 30 perusahaan ini menjadi pioneer dalam menggerakkan ekonomi Indonesia berbasis hilirisasi riset dan inovasi.
"Saya ingin meningkatkan produk inovasi dalam negeri. Kalai produk inovasi dalam negeri bisa meningkat, maka ekonomi Indonesia secara kompetitif akan semakin bersaing, tangguh dalam persaingan," harap Menristekdikti.