Alhasil, banyak dari mereka yang sekadar hanya mampu menulis buku kumpulan artikel. Buku ini saya sebut dengan istilah buku ‘butiran’. Adapun karya yang lebih serius saya sebut dengan istilah buku ‘tahapan’ yaitu buku yang mengandung metode atau pembahasan secara bertahap antarbagian atau antarbab.Â
Memang tidak semua buku kumpulan artikel itu identik dengan “buku kacanganâ€. Beberapa buku kumpulan artikel justru menyajikan artikel yang sangat menarik sekaligus detail. Sebut saja contohnya karya-karya Malcolm Gladwell yang merupakan buku kumpulan esainya. Di Indonesia buku kumpulan esai karya Emha Ainun Nadjib dapat menjadi salah satu contoh buku kumpulan tulisan yang bermutu.
Intinya menulis serius itu tidak gampang, perlu waktu, konsentrasi, konsistensi, dan komitmen dari penulisnya. Komitmen untuk mencerdaskan pembaca adalah dengan cara mengeluarkan apa yang diketahui oleh penulis seluruhnya sehingga dengan cara itulah seorang penulis berkontribusi pada kemajuan bangsanya, bahkan umat manusia.Â
Jadi, kalau hanya menulis sekadar “kulitâ€, lalu berharap orang rela mengeluarkan uang lagi agar mendapatkan “dagingâ€nya, sungguh itu terlalu dan membuat penulis akan terlena. Tinggal tunggu saja akibatnya, penulis itu tidak akan pernah besar sebagai seorang penulis buku meskipun karyanya atau dia sendiri menganggapnya best seller. Meminjam geraman Bung Karno: Sontoloyo!
Baca Juga :Â