Survei KIC: Mantan Gubernur Jakarta, Banten & Sumatera Utara Tertinggal

Photo Author
- Kamis, 6 Juni 2024 | 20:55 WIB
Survey Manager KIC, Satria Triputra Wisnumurti, saat peluncuran dan diskusi Rilis Survei Persepsi Publik Terhadap Pilkada di 8 Provinsi di Jakarta, Kamis (6/6).   (istimewa)
Survey Manager KIC, Satria Triputra Wisnumurti, saat peluncuran dan diskusi Rilis Survei Persepsi Publik Terhadap Pilkada di 8 Provinsi di Jakarta, Kamis (6/6). (istimewa)


Krjogja.com - Jakarta - Menjelang pilkada serentak 2024, tiga mantan gubernur yang diperkirakan akan mencalonkan diri kembali, yaitu Anies Baswedan di Jakarta, Wahidin Halim (Banten), dan Edy Rahmayadi (Sumatra Utara) tidak dipersepsikan oleh publik sebagai kandidat terkuat.

Di Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mendominasi persepsi publik (33.2 persen), sedang di Banten, Airin Rachmi Diany memimpin (32.8 persen) dan Muhammad Bobby Afif Nasution terkuat di Sumatra Utara (42.1 persen). Pengukuran persepsi publik ini dilakukan melalui survei Katadata Insight Center (KIC) periode 3-9 Mei 2024. Selain tiga provinsi tersebut, survey dilakukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan. Berbeda dengan temuan di atas, para mantan gubernur dan satu petahana di lima provinsi itu dianggap paling cocok untuk kembali menjabat.

Baca Juga: Lebih dari 5 Ribu Pelajar dan Mahasiswa Dapat Beasiswa dari BSI

Di Jawa Barat, Ridwan Kamil dipersepsikan paling pantas oleh 39.5 persen reponden survei. Adapun Taj Yasin Maimoen di Jawa Tengah (20.4 persen), Khofifah Indar Parawansa di Jawa Timur (43.3 persen), Andi Sudirman Sulaiman di Sulawesi Selatan dinilai pantas menjadi gubernur (23.8 persen), dan Mahyeldi Ansharullah yang masih berstatus petahana di Sumatera Barat Barat (38.3 persen).

“Temuan tersebut sejalan dengan kepuasan kinerja gubernur, para mantan atau petahana yang dinilai paling pantas menjadi gubernur lagi memiliki nilai kepuasan di atas 80 persen. Namun, di tiga provinsi tersebut nilai kepuasan mereka di rentang 50-60 persen,” kata Survey Manager KIC, Satria Triputra Wisnumurti, saat peluncuran dan diskusi Rilis Survei Persepsi Publik Terhadap Pilkada di 8 Provinsi di Jakarta, Kamis (6/6).

Baca Juga: Painting Explorer #3, Getaran 'Negeri di Cloud'

Selain persepsi terhadap calon gubernur dan kinerja gubernur, hasil survei memperlihatkan bahwa masih ada sebagian publik yang belum mengetahui pelaksanaan Pilkada 2024. Sebanyak 18.3 persen responden menjawab bahwa pilkada akan berlangsung pada 27 September dan 19.0 persen menjawab 27 Oktober. Sedangkan 62.6 peraen menjawab benar: 27 November. Dalam hal penggunaan hak pilih, mayoritas (93.4 persen) responden akan mencoblos. Hanya sebagian kecil (6.6 persen) yang tidak akan mencoblos.

Satria mengatakan, survei online pilkada di delapan provinsi yang digelar KIC bertujuan menggali persepsi publik mengenai Pilkada 2024 yang akan datang. Menurutnya, delapan provinsi tersebut dianggap strategis karena biasanya kepemimpinan nasional berasal dari provinsi-provinsi tersebut. Selain itu, jumlah DPT di delapan provinsi tersebut termasuk yang paling besar sehingga kemenangan pilkada di derah tersebut dianggap mengamankan kemenangan pilpres.

Baca Juga: Ojek Online Lokal Siap Temani Pasien di Rumah Sakit

Temuan survei yang tak kalah penting terkait dengan anggota kepartaian kandidat dan personal kandidat. Alasan utama responden memilih kandidat adalah karena personal kandidat (76.6 persen), dan sebagian kecil karena diusung partai pilihan (7.7 persen) dan karena diusung oleh ketua umum partai idola (4.7 persen). Namun, meskipun alasan utama memilih kandidat bukan karena parpol dan ketum parpol, kandidat yang merupakan kader partai (53.3 persen) paling banyak dipilih. Sedangkan yang bukan kader partai dipilih oleh 41.1 persen.

Pada aspek latar belakang kandidat, kinerja rekam jejak (41.3 persen) paling mempengaruhi pilihan responden. Setelah itu, visi-misi dan program (24.5 persen) serta agama (14.5 persen). Menurut responden, jujur (40.0 persen) menjadi kualitas diri yang paling harus dimiliki oleh kandidat. Diikuti dengan berpengalaman (24.8 persen) dan inovatif (11.8 persen).

Baca Juga: Raup Untung Jutaan Rupiah Via Live Tiktok, Pemuda Tunjungan Lupa Merantau

Satria mengatakan, selain kepartaian dan personal kandidat, kampanye dan isu yang diangkat juga menjadi aspek yang penting dalam mendekati pemilih. Survei ini menemukan bahwa penyediaan lapangan pekerjaan (21.6 persen) menjadi isu yang paling penting untuk disuarakan kandidat. Selain itu, jaminan kesehatan dan kesejahteraan rakyat (19.5 persen) dan harga bahan pokok yang terjangkau (15.8 persen) menjadi isu yang penting untuk disuarakan kandidat.

Pada aktivitas kampanye, berdialog dengan petani, nelayan dan buruh (21.3 persen) menjadi aktivitas kampanye yang paling menarik perhatian publik. Setelah itu, diikuti dengan aktivitas kampanye mengadakan pelatihan kewirausahaan (19.4 persen) dan mengadakan pasar murah (14.7 persen) juga penting untuk menarik perhatian.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X