TANGERANG SELATAN (KR) -Pemerintah harus menyediakan ruang publik ramah bagi penyandang disabilitas.
Demikian Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar dalam Peringatan Hari Disabilitas Internasional ,di Kampus Univeristas Islam Negri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta,Rabu (10/12/2025)
Peringatan Hari Disabilitas Internasional menjadi panggung bagi Menag untuk mengingatkan jajarannya, sekaligus masyarakat luas, bahwa aksesibilitas bukan lagi sekadar pelengkap, tetapi kewajiban moral negara.
Baca Juga: Adakan Bale Festival, Sampai November 2025 BTN Jateng-DIY Salurkan Rp1,7 Triliun
Berbicara di UIN Jakarta, Nasaruddin menyampaikan bahwa seluruh fasilitas umum yang berada di bawah naungan Kementerian Agama—mulai dari sekolah, madrasah, masjid, hingga kantor layanan publik—harus menyediakan akses yang memungkinkan kelompok difabel bergerak dan beraktivitas dengan aman dan bermartabat.
“Maka sekolah, masjid, rumah-rumah publik, tempat-tempat publik itu harus ada akses untuk kelompok-kelompok difabel,” ujarnya di hadapan ratusan penyandang disabilitas.
Baca Juga: Aura Kasih Ikhlas Tak Pernah Dapat Nafkah Anak dari Mantan Suami
Menag menyoroti fenomena bangunan ibadah yang megah secara arsitektur, namun tidak ramah bagi jamaah penyandang disabilitas. Menurutnya, keindahan sebuah masjid akan kehilangan makna jika hanya bisa dinikmati sebagian orang.
“Jangan sampai masjidnya cantik dan indah, tetapi tidak ada akses untuk mereka yang tidak bisa berjalan kaki naik ke lantai atas. Jangan-jangan nanti kita sendiri yang tidak bisa naik ke balkon dan harus sholat di luar karena tidak ada akses,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa Indonesia—negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia—seharusnya menjadi teladan dalam menyediakan fasilitas inklusif.
Baca Juga: Kutukan Kekayaan Alam
Dalam pengamatannya, sejumlah negara Barat justru lebih maju dalam hal ini. Sistem pembayaran, transportasi, hingga bangunan publik mereka dirancang dengan mempertimbangkan kelompok tunanetra, tunarungu, atau pengguna kursi roda.
“Di Barat, bahkan uang mereka ramah difabel. Dolar dapat dibedakan lewat tekstur sehingga tuna netra bisa mengenali nilai uang itu. Kita juga mulai menuju ke sana, namun masih banyak yang harus diperbaiki,” ujarnya.
Komitmen Memperkuat Pendidikan Inklusif