Persaingan semakin panas mengingat cabang Sambo masih menyisakan 19 kelas lagi yang akan dipertandingkan hingga Selasa (21/10).
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) turut menorehkan prestasi dengan menyabet dua medali perunggu Sambo di hari pertama.
Rahmadani Hanifa Aulia (Combat Putri -47 kg) dan Raharjo Naufal Rofif (Sport Putra -58 kg) berhasil naik podium, menambah semangat tim DIY untuk mengejar medali di laga selanjutnya.
Pelatih pencak silat DIY mengaku puas dengan progres yang ditunjukkan anak asuhnya.
Di cabang Pencak Silat, yang mulai dipertandingkan sejak Jumat (17/10), atlet-atlet DIY juga tampil meyakinkan pada babak penyisihan.
Lima dari sembilan pesilat mereka berhasil melaju ke babak selanjutnya.
Nama-nama seperti Reydiyansyah S. Damopolii (kelas D putra), Nur Eri Syahrizal (kelas A putra), Lindu Septyowati (kelas B putri), serta Toni Putra (kelas F putra) mencatat kemenangan penting.
Kategori jurus tunggal putra juga memberi harapan lewat kemenangan tipis Muhammad Afan Maulana atas pesilat Lampung.
Meski empat atlet DIY tersisih, peluang medali masih terbuka lebar dengan sisa pertandingan di beberapa kelas tanding dan jurus.
Technical Delegate cabang Pencak Silat PB IPSI, Agung Nugroho, menilai banyak atlet muda tampil dengan teknik dan fisik yang menjanjikan.
Ia menyebut bahwa jam terbang dari event seperti PON Bela Diri ini sangat penting untuk membentuk kematangan mental tanding mereka.
Bupati Kudus Samani Intakoris, turut memantau langsung jalannya pertandingan di Djarum Arena.
Ia mengapresiasi antusiasme para atlet dan penonton, serta melihat potensi besar dari event ini untuk mendorong Kudus menjadi sentra sport tourism nasional.
“Kami ingin bela diri seperti Sambo dan Ju-jitsu punya tempat latihan tetap di Kudus. Ini bukan hanya soal olahraga, tapi juga peluang ekonomi,” katanya.
Samani juga menyoroti geliat ekonomi lokal selama pelaksanaan PON Bela Diri 2025.