Krjogja.com, DEMAK - Antiretroviral (ARV) merupakan bagian dari pengobatan HIV dan AIDS. Selain menghambat perburukan infeksi oportunistik dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah hingga tidak terdeteksi, rutin mengonsumsi ARV mampu meningkatkan kualitas hidup penderita HIV.
Sehubungan kemampuannya menghambat perkembangan virus HIV tersebut, ARV disebut-sebut pula mampu mengurangi risiko penularan HIV. Tentunya dengan syarat, Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) rutin mengonsumsinya seumur hidup.
"Adanya syarat rutin mengonsumsi ARV seumur hidup tersebut, telah membuat tak sedikit ODHA mulai enggan melakukannya. Jenuh dan merasa telah sehat, menjadi alasan terbanyak para ODHA yang mulai meninggalkan ARV," Kabid P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Demak Heri Winarno SKM MKes, Rabu (04/10/2023).
Baca Juga: Bidik Tiket 16 Besar Piala Dunia U-17 2023, Timnas Indonesia Diminta Waspadai Maroko
Sementara ketika ODHA berhenti mengonsumsi ARV, disebutkan, berpotensi membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pasien menjadi AIDS.
Berlatar belakang persoalan tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Demak berinisiatif membentuk Kelompok Dukungan Sebaya (KDS). Tugas mereka adalah memotivasi para ODHA agar tak bosan mengonsumsi ARV.
"Sebab ketika belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/Aids, ARV lah obat terbaik yang mampu menekan perkembangbiakan virus HIV. Maka dibutuhkan ketelatenan serta semangat menjadikan ARV bagian tak terpisahkan ODHA," imbuhnya.
Baca Juga: Harga BBM Non Subsidi Naik, Waspadai Migrasi Ke BBM Subsidi
Keberadaan KDS, menurut Heri Winarno, penting untuk menurunkan angka putus ARV. Terlebih pada Agustus 2024 lalu ditemukan 79 kasus baru HIV/Aids di Kabupaten Demak. Meski jumlah tersebut turun dibandingkan temuan kasus HIV/Aids pada 2022 yakni 101 kasus, dan tahun 2021 yang tercatat sebanyak 80 kasus.
"Namun tidak menutup kemungkinan akan kembali melonjak pada 2024 jika tidak bekerja cepat dan sigap dala menekan angka putus ARV," tandasnya. (Hum DKK/ssj)