Krjogja.com - Literasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan anak manusia. Pada Anak Usia Dini, literasi berhubungan dengan kemampuannya dalam memecahkan masalah yang dimulai dari rasa ingin tahu, berpikir kritis, berbahasa lisan, sampai dengan kemampuan membaca dan menulis
Pada pergaulan sehari-hari, seorang anak berkomunikasi dengan bahasa. Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang digunakan untuk berkomunikasi masyarakat suku Jawa termasuk Yogyakarta.
Dua tingkatan bertutur dikenal dalam Bahasa Jawa yaitu ngoko dan krama. Bahasa Jawa ngoko digunakan pada saat sesorang berbicara dengan orang lain yang kedudukannya atau usianya sama atau sejajar. Sedangkan untuk berbicara dengan orang lain yang berkedudukan lebih tinggi atau dengan orang tua digunakanlah Bahasa Jawa krama.
Literasi Bahasa Jawa ( LIBAJA ) merupakan program ko-kurikuler yang dilaksanakan setiap satu minggu sekali di kelas Abu Bakar 5 TKII Waladun Sholihun. Program ini bertujuan untuk mengenalkan budaya lokal melalui literasi Bahasa Jawa.
Baca Juga: BI Rate Diturunkan Sebesar 0,25 Persen
Sekolah sebagai wadah bagi anak untuk belajar, memiliki peran penting dalam membimbing cara berbicara menggunakan Bahasa Jawa yang benar. Melalui aktivitas literasi Bahasa Jawa (LIBAJA) ini, sekolah sekaligus berperan untuk mengenalkan dan membiasakan mental positif berbudaya, misalnya unggah-ungguh atau tatakrama.
LIBAJA ( LIterasi Bahasa JAwa ) menjadi pilihan penulis untuk diterapkan sebagai praktik baik dalam mengajar di kelas Abu Bakar 5 TKII Waladun Sholihun. Langkah yang penulis lakukan ini merespon situasi ngetrend saat ini bahwa anak-anak lebih dominan menggunakan Bahasa Indonesia dibandingkan Bahasa Jawa.
Situasi tersebut juga imbas dari kebiasaan di masing-masing keluarga anak. Walhasil, pengetahuan anak tentang budaya unggah-ungguh Jawa kurang berkembang. Penggunaan Bahasa Jawa dalam hemat penulis juga minim diterapkan di TKII Waladun Sholihun, terutama dalam berinteraksi di kelas Abu Bakar 5.
Penulis melihat penerapan Praktik Baik Mengenalkan Budaya Lokal melalui “ LIBAJA” ( LIterasi BAhasa JAwa ) dapat menjawab situasi tersebut. Kendati demikian, dalam menerapkan praktik baik LIBAJA, penulis menemukan beberapa tantangan.
Baca Juga: Perpusnas Adakan Malam Puncak Gemilang Perpustakaan
Pertama, perlunya waktu yang lama dan kesabaran untuk menanamkan sikap anak mencintai Bahasa Jawa sebagai budaya lokal. Tantangan berikutnya, perlu strategi yang tepat untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak untuk bercerita dengan bahasa Jawa.
Sebagian anak juga mengalami kesulitan dalam memahami kosa kata antara bahasa Jawa ngoko maupun krama. Tantangan ini muncul karena kebiasaan komunikasi dengan orang tuanya menggunakan Bahasa Indonesia.
Semua tantangan tersebut perlu dijawab dengan beberapa langkah (aksi) yang pada hemat penulis efektif dan berdampak positif. Langkah pertama, penulis membacakan cerita berbahasa Jawa koleksi Buku Penerjemahan Cerita Bahasa Indonesia ke Bahasa Jawa dari tautan https://penerjemahan.kemdikbud.go.id
Kebetulan penerjemah dalam buku tersebut salah satunya adalah Ibu Sutanti Dwi Utami, seorang sejawat penulis pendidik TKII Waladun Sholihun. Penulis relatif mudah untuk melaksanakan aksi ini karena berkolaborasi dengan Ibu Sutanti yang menyediakan bacaan berbahasa Jawa.
Baca Juga: Setelah Ditunggu 25 Tahun, Menteri AHY Serahkan Sertipikat Kepada Warga Eks Timor Timur