Meruntuhkan Mitos 'Generasi Stroberi' dengan Growth Mindset

Photo Author
- Sabtu, 1 Februari 2025 | 15:33 WIB
Esti Priyantini,S.S.,M.Pd.BI.
Esti Priyantini,S.S.,M.Pd.BI.


KRjogja.com - ADA yang bilang generasi sekarang ini generasi stroberi. Cantik, menarik, tapi mudah memar. Sedikit tekanan, langsung menyerah. Banyak orang menilai generasi muda ini manja, tidak tahan banting, dan terlalu sensitif. Tapi apakah benar demikian?

Bagi saya, label ini terlalu berat. Generasi muda kita bukan sekadar "stroberi". Mereka justru punya potensi besar. Hanya saja, perlu ditanamkan mental growth mindset sejak dini. Itu yang bisa membuat mereka jadi pribadi yang kuat, tangguh, dan tidak gampang menyerah.

Apa Itu Growth Mindset?

Dr. Carol Dweck, seorang psikolog dari Stanford University, menyebut bahwa ada dua jenis pola pikir: fixed mindset (pola pikir tetap) dan growth mindset (pola pikir bertumbuh).

Orang dengan fixed mindset percaya bahwa kemampuan mereka sudah tetap. Kalau gagal, ya sudah. Tapi, orang dengan growth mindset melihat kegagalan sebagai kesempatan belajar. Bagi mereka, otak itu seperti otot. Semakin dilatih, semakin kuat.
Bukankah ini sejalan dengan ajaran Islam? Dalam Islam, kita diajarkan untuk tidak menyerah pada keadaan. Allah berfirman, “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6). Hidup adalah proses belajar yang terus-menerus.

Melawan Mentalitas Instan

Generasi muda sering dianggap terlalu menginginkan hasil instan. Mereka ingin sukses tanpa proses panjang. Tapi, bukankah ini juga salah kita? Kita lupa mengajarkan bahwa proses jauh lebih penting daripada hasil.

Ustaz Salim A. Fillah dalam bukunya “Dalam Dekapan Ukhuwah” menulis, “Kemenangan besar selalu dimulai dari usaha kecil, dari keikhlasan yang besar, dan dari kesabaran yang tak bertepi.” Kita perlu membimbing generasi muda untuk memahami bahwa kerja keras, doa, dan usaha yang konsisten adalah kunci.

Dr. Aam Amiruddin, seorang pakar pendidikan Islam, pernah berkata, “Jika Anda ingin membentuk generasi tangguh, ajarkan mereka sabar dan syukur sejak dini.” Dua nilai ini bisa menjadi dasar bagi growth mindset.

Kritik Bukan Akhir Dunia

Salah satu kelemahan generasi stroberi adalah sulit menerima kritik. Ini sebenarnya masalah pola asuh. Anak-anak yang terlalu sering dipuji tanpa diberi ruang untuk gagal akan tumbuh dengan rasa takut akan penilaian negatif.

Padahal, dalam Islam, kritik itu seperti cermin. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menulis bahwa kritik adalah cara memperbaiki diri. Ia bahkan mengibaratkan teman yang mengkritik seperti "dokter yang menyembuhkan penyakit."

Kita perlu mengubah sudut pandang generasi muda. Kritik bukanlah hukuman, tetapi pembelajaran. Dengan growth mindset, kritik menjadi peluang untuk berkembang.

Membangun Ketangguhan dengan Akhlak Mulia

Islam memberikan teladan bagaimana menjadi pribadi tangguh tanpa kehilangan akhlak mulia. Rasulullah SAW adalah contoh terbaik. Beliau menghadapi cemoohan, penolakan, bahkan ancaman, tapi tetap tegar dan bijaksana.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

Menemukan Rumah Kedua di Sekolah Rakyat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:10 WIB
X