Penguatan Berpikir Komputasional, Kudus Jadi Pelopor Nasional Pembelajaran Koding dan AI Sejak Dini

Photo Author
- Minggu, 27 Juli 2025 | 21:05 WIB
Siswa MI Muhammadiyah Al Tanbih merakit robot yang bisa mengambil dan membuang sampah.  (Foto: Ist)
Siswa MI Muhammadiyah Al Tanbih merakit robot yang bisa mengambil dan membuang sampah. (Foto: Ist)
 
Krjogja.com - KUDUS - Kabupaten Kudus Jawa Tengah, menorehkan langkah inovatif dalam dunia pendidikan dengan menjadi salah satu daerah pertama di Indonesia yang mengintegrasikan pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) sejak usia dini. 
 
Sejak 2023, program penguatan berpikir komputasional telah diterapkan secara bertahap mulai dari jenjang PAUD hingga SD/MI, menjangkau ribuan siswa dan melibatkan ratusan tenaga pendidik.
 
 
Sebagai bagian dari rangkaian program tersebut, pada Minggu (27/07), lebih dari 250 siswa SD/MI antusias mengikuti Festival dan Lomba Berpikir Komputasional di Pendopo Kabupaten Kudus. 
 
Ajang ini menjadi wadah bagi siswa untuk menunjukkan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah melalui beragam aktivitas, mulai dari merakit robot bertema Sustainable Development Goals (SDGs), membuat animasi di Scratch, hingga permainan unplugged yang mengasah logika dan algoritma dasar.
 
Langkah Kabupaten Kudus ini sejalan dengan kebijakan strategis Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dalam mendorong transformasi digital melalui pembelajaran KKA. 
 
 
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, dalam berbagai kesempatan menyampaikan bahwa pembelajaran ini dirancang untuk menanamkan kemampuan berpikir logis, analitis, serta kesadaran etis pada anak sejak dini.
 
Hal ini juga mendukung Asta Cita ke-4, yakni penguatan sumber daya manusia melalui pendidikan, sains, dan teknologi.
 
Program berpikir komputasional mulai diperkenalkan di Kudus pada tahun 2023 melalui pelatihan dan pendampingan bagi kepala sekolah dan guru di 36 satuan PAUD, yang memberi manfaat kepada lebih dari 10.300 siswa.
 
Inisiatif ini diinisiasi oleh Bakti Pendidikan Djarum Foundation dan diperluas melalui kolaborasi dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Kudus.
 
Pada 2024, program ini diperluas ke jenjang pendidikan anak usia dini lainnya dengan melibatkan 160 guru dari TK, Kelompok Bermain, Satuan PAUD Sejenis (SPS), hingga Taman Pengasuhan Anak (TPA). 
 
Selain di Kudus, Bakti Pendidikan Djarum Foundation juga bekerja sama dengan Direktorat Guru PAUD dan Pendidikan Nonformal untuk menyusun dan menyebarluaskan materi pelatihan berpikir komputasional ke berbagai daerah di Indonesia.
 
Sejak akhir 2024, program ini diperluas ke 11 SD/MI di Kabupaten Kudus, dan berhasil menjangkau lebih dari 4.900 siswa. 
 
Hanya dalam waktu dua bulan, terdapat peningkatan mencolok dalam skor tes Bebras- sebuah tes internasional yang mengukur keterampilan berpikir komputasional- yaitu meningkat 62 persen dari skor awal untuk siswa kelas 4 hingga kelas 6.
 
Penerapan pembelajaran berpikir komputasional terbukti efektif dan menyenangkan bagi siswa. 
 
Di SD 2 Barongan, siswa kelas 5 menunjukkan antusiasme tinggi saat belajar block coding menggunakan platform Scratch, aktif bertanya, dan bersemangat menjelajahi dunia baru pemrograman.
 
Sementara di MI Muhammadiyah Al Tanbih, siswa kelas 2 kini mempelajari konsep matematika seperti ruas garis dan bangun datar melalui permainan interaktif yang melatih kemampuan abstraksi dan dekomposisi.
 
Festival dan Lomba Berpikir Komputasional menjadi puncak dari semangat belajar para siswa. 
 
Berbagai tantangan dihadirkan, mulai dari merakit robot SDGs, membuat animasi digital, hingga berbagai permainan unplugged seperti menyusun algoritma jalan, instruksi gerakan dengan loop, menyortir koin, dan menyelesaikan pola.
 
Seluruh kegiatan berlangsung dengan semangat tinggi, kreativitas, dan antusiasme luar biasa dari peserta.
 
Bupati Kudus, Samani Intakoris, menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi berbagai pihak yang telah memajukan pendidikan di daerahnya.
 
“Saya mengapresiasi langkah inovatif ini. Semoga inisiatif ini menjadi titik awal gerakan menjadikan Kudus sebagai pelopor nasional pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial sejak usia dini,” ujar Samani.
 
Sementara itu, Primadi H. Serad, Direktur Program Bakti Pendidikan Djarum Foundation, menegaskan bahwa program berpikir komputasional memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
 
“Berpikir komputasional terbukti meningkatkan keterampilan yang diukur dalam tes PISA: numerasi, literasi, sains, serta cara berpikir kritis dan sistematis."
 
"Harapan kami, Kudus dapat mencapai skor PISA setara dengan negara-negara maju di OECD, tanpa meninggalkan pendidikan karakter dan keterampilan sosial-emosional,” ujar Primadi.
 
Dengan pendekatan menyeluruh, kolaboratif, dan terukur, Kabupaten Kudus membuktikan bahwa pembelajaran teknologi tinggi seperti koding dan AI bukanlah monopoli jenjang menengah atas, melainkan bisa dikenalkan secara menyenangkan dan bermakna bahkan di tingkat PAUD dan SD.
 
Langkah ini menjadikan Kudus sebagai contoh nyata bagaimana daerah dapat memimpin transformasi pendidikan, memberdayakan siswa sejak dini, dan menyiapkan generasi masa depan yang melek digital, cakap berpikir, dan siap menghadapi tantangan global. (Trq)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

Menemukan Rumah Kedua di Sekolah Rakyat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:10 WIB
X