pendidikan

Pentingnya Komitmen Bersama dalam Memperkuat PAUD yang Holistik dan Integratif

Kamis, 13 Februari 2025 | 22:20 WIB
(Istimewa)

KRjogja.com - JAKARTA - Pentingnya komitmen bersama dalam memperkuat pendidikan anak usia dini (PAUD) yang holistik dan integratif.

Demikian diungkapkan Widyaprada Ahli Utama Direktorat PAUD Ditjen PAUD Kemendikdasmen, Ir. Djajeng Baskoro, M.Pd.dalam acara Pusat Gizi Regional Universitas Indonesia (PKGR UI) menyelenggarakan diseminasi temuan awal studi Action Against Stunting Hub (AASH) dan diskusi kebijakan percepatan penurunan stunting yang diselenggarakan di Jakarta, Kamis (13/2/2025).

Hingga saat ini, sebanyak 250 kabupaten/kota telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) terkait PAUD Holistik Integratif di Indonesia, menunjukkan semakin luasnya kesadaran akan pentingnya pendidikan anak usia dini.

"Dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat, sosialisasi dilakukan kepada berbagai pihak, termasuk orang tua dan masyarakat luas. Literasi mengenai tumbuh kembang anak dan pengasuhan menjadi fokus utama dalam peningkatan kualitas pendidikan PAUD di Indonesia," katanya.

Baca Juga: Pasar Desa Srikayangan, Revitalisasi Pembiayaan Program TJSL Bank BPD DIY

Kerja sama dengan sektor lain seperti POSMAS (Posyandu Masyarakat) serta kementerian terkait, khususnya Kementerian Kesehatan, menjadi bagian integral dalam memastikan layanan yang lebih baik. Salah satu aspek penting adalah pengawasan kualitas makanan tambahan yang diberikan di PAUD.

Ketersediaan air bersih dan sanitasi yang memadai masih menjadi kendala besar dalam penyelenggaraan PAUD. Saat ini, hanya 67% satuan PAUD yang telah memenuhi indikator sanitasi yang ditentukan. Infrastruktur sanitasi yang layak sangat diperlukan untuk mendukung lingkungan belajar yang sehat bagi anak-anak.

Temuan awal AASH Indonesia menunjukkan bahwa stunting bukan hanya masalah gizi, tetapi juga terkait dengan faktor epigenetik, kesehatan saluran cerna, infeksi, mikrobiota, serta kesehatan mental ibu. Pendekatan intervensi interdisiplin dan berbasis bukti, dengan fokus pada pangan lokal, suplementasi mikronutrien, serta dukungan kesehatan mental bagi ibu.

Country Lead Studi AASH di Indonesia, Dr. Umi Fahmida mengatakan hasil temuan awal studi ini dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan stunting.

“Kami memang mendedikasikan data-data yang kaya ini silahkan dimanfaatkan, tidak hanya untuk ilmu pengetahuan tetapi juga sebagai dasar dalam pengambil kebijakan,” kata Umi.

Baca Juga: Ciptakan Ekonomi Digital, Bank BPD DIY Dukung Aktivasi IKD

Diseminasi hasil temuan awal tersebut dibuka oleh Direktur SEAMEO RECFON Dr.dr.Herqutanto. MPH., MARS., Sp.KKLP, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.S, dan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Woro Srihastuti Sulistyaningrum, ST., MIDS.

AASH merupakan studi interdisiplin yang bertujuan menyusun tipologi stunting melalui pendekatan anak secara utuh atau "whole child approach". Penelitian itu dilaksanakan pada 2019-2024 di tiga negara yakni India, Indonesia dan Senegal. Untuk Indonesia, penelitian tersebut diselenggarakan di Lombok Timur. Studi itu terdiri dari dua komponen yakni observasi kohort ibu hamil yang dilanjutkan hingga anak mereka berusia 24 bulan, dan studi intervensi menggunakan telur sebagai makanan tambahan untuk mengetahui efektivitas peningkatan kualitas asupan selama kehamilan terhadap epigenetik dan stunting pada bayi.

Selama periode tersebut, berbagai pengumpulan data dilakukan berdasarkan pendekatan anak secara utuh. Pertama profil asupan dan status gizi, epigenetik, genetik dari anak dan kedua orang tua, serta kesehatan saluran cerna (komponen fisik). Kedua, perkembangan anak meliputi proses berpikir, kemampuan bahasa dan motorik, kesiapan belajar, serta asuhan psikososial (komponen kognitif). Ketiga, lingkungan belajar anak usia dini (komponen pendidikan). Keempat, lingkungan pangan termasuk WASH, keamanan pangan dan rantai nilai pangan dari makanan padat gizi (komponen pangan). Pengumpulan data dilakukan di beberapa tahapan pada 1.000 hari pertama kehidupan yakni masa kehamilan, menyusui dan periode makanan pendamping ASI.
(Ati)

Tags

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

Menemukan Rumah Kedua di Sekolah Rakyat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:10 WIB