KRjogja.com - YOGYA - Setelah Indonesia merdeka kenapa kita hanya menjadi penonton pembangunan di negeri sendiri. Barangkali karena paham kerakyatan meluntur, kita cuek ketika pembangunan ternyata menggusur orang miskin dan bukan menggusur kemiskinan. Lunturnya nasionalisme saat ini merupakan darurat nasional.
Hal ini dikemukakan oleh Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa Ki Prof Dr Sri Edi Swasono, baik ketika menjadi narasumber webinar di Gedung Data Kompleks Pendapa Agung Tamansiswa, maupun sambutan tertulisnya pada upacara bendera HUT ke-103 Tamansiswa, di halaman Pendapa Agung Tamansiswa, Kamis (3/7/2025), yang merupakan hari H ulang tahun Tamansiswa.
"Masih banyak yang perlu diperjuangkan dalam bidang pendidikan," kata Sri Edi Swasono.
Baca Juga: Turut Berduka, BPJS Ketenagakerjaan Salurkan Santunan bagi Mahasiswa UGM yang Wafat
Disebutkannya, Tamansiswa lahir tahun 1922, pada saat bangsa Indonesia dalam kondisi terjajah kolonialis Belanda. Keterjajahan dan kenyataan kolonial kejam kepada rakyat Indonesia. Ini menimbulkan semangat menolak kolonialisme. Ki Hadjar Dewantara bersama istri dan teman-temannya mendirikan National Institut Onderwijs Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) yang berpusat di Yogyakarta.
Menurut Sri Edi Swasono Bapak Pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara menegaskan, pengajaran harus bersifat kebangsaan. Kalau pengajaran bagi anak-anak tidak berdasarkan kenasionalan,anak-anak tidak mungkin mempunyai rasa cinta bangsa, dan makin terpisah dari bangsanya, dan kemudian barangkali menjadi lawan kita.
Itulah sebabnya Sri Edi Swasono merasa perlu mengingatkan kembali Tamansiswa, tentang perlunya paham nasionalisme, wawasan kebangsaan dan pelestarian kebudayaan diajarkan, sebagaimana diamanatkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Bahwa dalam pembangunan kita harus berbekal ilmu pengetahuan, teknologi dan kewirausahaan. Ki Hajdar mengajarkan kita perlunya memahami dengan seksama 'lawan sastra ngesti mulya, suci tata ngesti tunggal, tri N' dan lain-lain yang semuanya harus kita kaitkan dengan nasionalisme dan patriotisme.
Baca Juga: BPD DIY Syariah Dorong Inklusi Keuangan Melalui Agen Laku Pandai di Pesantren
Sementara Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof Warsito mengemukan tentang Pendidikan berwawasan global yang berbasis budaya, merupakan karakter bangsa di tengah globalisasi.
Menurut Prof Warsito dalam hal tersebut Tamansiswa merupakan salah satu pilar utama. Ki Hadjar Dewantara bukan hanya menyampaikan keilmuan tetapi juga jati diri. Dalam webinar itu, menampilkan pula penyampaian selamat ulang tahun dari para pejabat dan sesama lembaga perguruan swasta di Indonesia, termasuk pula Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X.
HUT ke-103 Tamansiswa mengambil tema:'Memperkuat Nasionalisme, Mempertebal Wawasan Kebangsaan dan Melestarikan Kebudayaan'.Perayaan ulangtahun diawali dengan ziarah pada hari Rabu (2/7/2025) di makam Taman Wijayabrata makam Ki Hadjar dan Nyi Hadjar serta keluarga besar Tamansiswa lainnya. Dilanjutkan launching pondok pesantren Ki Hadjar Dewantara di mushala Wijayabrata komplek makam Wijayabrata.
Baca Juga: Baru Tiba di Jogja, Nermin Haljeta Langsung Ikut Latihan PSIM
Puncaknya Kamis (3/7/2025) diawali upacara bendera dengan pembina upacara Panitera Umum Tamansiswa Ki Dr Saur Panjaitan MM. Dilanjut webinar, pentas seni dan sarasehan tentang Ki Hadjar Dewantara semua berlangsung di Pendapa Tamansiswa. Usai webinar, Ki Sri Edi Swasono memotong tumpeng ulangtahun diberikan kepada Ki Saur Panjaitan dan Ketua Harian Tamansiswa Ki Gandung Ngadina.(War)