KRjogja.com - SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menegaskan wacana penerapan sekolah enam hari selama sepekan untuk SMA/SMK di wilayah tersebut masih dalam tahap kajian.
Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen menyatakan, kajian dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan perguruan tinggi, pakar pendidikan, serta Dewan Pendidikan.
"Kami menindaklanjuti dinamika yang ramai dibahas di masyarakat dan media sosial, apakah Jateng akan kembali menerapkan lima atau enam hari sekolah," katanya. Dikutip dari Antara, Sabtu (29/11/2025).
Baca Juga: Sindikat Pembiusan Sopir L300 Ditumpas, Polisi Ringkus 7 Pelaku di 3 Kota
Pria yang akrab disapa Gus Yasin menuturkan, kajian dilakukan untuk melihat dampak dari berbagai aspek. Hasil kajian itu akan dijadikan sebagai bahan untuk mengambil kebijakan.
Gus Yasin menjelaskan, usulan mengembalikan sekolah menjadi enam hari sebenarnya sudah lama disampaikan. Terutama dari warga di daerah-daerah. Aspirasi itu muncul seiring kekhawatiran masyarakat terhadap meningkatnya ketergantungan anak pada gawai.
"Ketika anak berada di lingkungan sekolah, dianjurkan tidak menggunakan gawai. Itu sebabnya kami melakukan evaluasi kembali tahun ini," katanya.
Sejauh ini belum ada keputusan final mengenai jumlah hari sekolah. Seluruh alternatif masih dikaji, termasuk dua opsi penerapan, yakni diberlakukan serentak di seluruh Jawa Tengah atau melalui proyek percontohan di daerah tertentu.
"Nanti akan diputuskan berdasarkan hasil kajian," kata putra mendiang ulama kharismatik KH Maimoen Zubair itu.
Baca Juga: Digdaya di Liga Champions, PSG Melempem di Liga Domestik
Selain jumlah hari sekolah, rapat juga membahas penyesuaian kurikulum, pemenuhan jam belajar, serta aturan kepegawaian. Pemprov Jateng turut melibatkan Inspektorat dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) untuk menghitung dampaknya terhadap jam kerja guru.
Sementara itu Ketua PGRI Jateng Muhdi mengatakan, kebijakan lima hari sekolah yang telah diterapkan hari ini sudah memenuhi berbagai pendekatan, baik dari orang tua dan anak didik, guru, sampai pendekatan sisi ekonomi.
Bahkan, dengan ada dua hari libur setiap pekannya, jelas ini bisa dimanfaatkan anak didik bersosialisasi dengan keluarganya dan masyarakat. Sedangkan untuk guru, bisa digunakan mengembangkan potensi.
"Dari awal lima hari sekolah itu diambil agar anak memiliki dua hari untuk keluarga. Tugas mendidik utama adalah orang tua, sekolah membantu. Anak juga perlu waktu berinteraksi di masyarakat," kata Muhdi.