Ulet Jual Gorengan dan Bubur, Rahayu Raih Gelar Dokter

Photo Author
- Jumat, 16 Oktober 2020 | 09:05 WIB
drg Rahayu Puji Astuti
drg Rahayu Puji Astuti

KISAH heroik dalam mengarungi hidup dan menggapai asa, memang menarik. Mengundang simpati dan bahkan empati. Kondisi ini sering dieksplorasi oleh mereka yang ingin memeroleh simpati publik, dengan mempublikasi kisah-kisah heroik mereka.

Tak jarang ada yang mendramatisir menjadi sebuah kisah yang membuat pembaca atau pemirsa hanyut, bahkan tak sedikit meneteskan air mata.Kisah hidup yang dialami drg Rahayu Puji Astuti (37), adalah perjalanan h riil yang dia alami. Sejak kecil dokter yang kini bertugas di Puskesmas Karangreja Purbalingga ini harus menjalani hidup dengan perjuangan dan bahkan cucuran air mata.

"Saya lahir dari perkawinan dengan selisih usia antara bapak dan ibu terpaut jauh. Ketika saya lahir, bapak sudah memasuki usia tak produktif," katanya membuka kisah.

Masa kecil Ayu, begitu dia biasa disapa, dijalani di Magelang dan Temanggung. "Ada suatu peristiwa keluarga, kami sekeluarga harus menyingkir ke Temanggung. Menempati rumah petak yang jauh dari layak untuk ditempati. Beruntung kami punya tetangga kepala SD Pangudi Utami (sekolah favorit di Temanggung). Lewat kebaikan hati beliau, saya bisa sekolah di sana dengan SPP khusus," lanjut Ayu sambil menyebut, saat itu SPP umum perbulan Rp 40 ribu. Sedangkan dia dapat keringanan hanya bayar Rp 6 ribu.

Ayu kecil termasuk anak cerdas. Walau keluarganya tengah didera ujian-ujian berat, prestasi belajarnya sangat bagus. Ketika itu ayahnya sakit dan menjalani perawatan di rumah sakit Semarang. "Saya sering dititipkan ke tetangga," ujarnya.

Ayu mengisahkan, untuk kehidupan sehari-hari, ibunya jualan getuk. Kulakan getuk dari Magelang, dijual ke Temanggung. Penghasilan bisa dibilang pas-pasan. Kisah pilu masih belum berakhir. Bapaknya meninggal, kemudian mereka menjual rumah yang ditempati. "Saat itu sangat murah. Uangnya habis untuk beli mesin getuk dan sepeda motor dipakai kakak sebagai sarana jualan getuk dan kadang ngojek," kenangnya.

Rumah dijual, Ayu bersama ibu dan kakaknya pindah ke rumah bedeng di Temanggung peninggalan ayahnya yang sebelumnya dikontrakkan. Memasuki SMP, Ayu ikut budenya sekolah di Magelang. Karena nilainya bagus, dia diterima sekolah favorit SMP 1 Magelang. Problem keluarga seolah tak menjadi kendala untuk meraih prestasi di sekolah. Nilai ujian SMP bisa dibilang surplus.

"Dulu saya niatnya masuk SMK 1 Temanggung. Melihat nilai saya, panitia penerimaan siswa baru sekolah tersebut malah menyarankan saya daftar ke SMA 1 Temanggung. Saya melanjutkan sekolah di sana," paparnya.

Singkat cerita, saat kelas III SMA ada suatu hal mengharuskan keluarga Ayu pindah ke Purwokerto. "Saya tetap di Temanggung. Statusnya kost di rumah teman sekelas sekaligus teman ngaji. Keluarga tersebut iba, saya digratiskan tinggal dan makan di sana," ucapnya.

SETAMAT dari SMA 1 Temanggung, Rahayu Puji Astuti mencari informasi beasiswa. Kebetulan nilainya bagus, sehingga dia punya kesempatan mencari beasiswa. “Saya mengurus beasiswa Supersemar ke Semarang. Ketika itu saya dapat beasiswa untuk transportasi mengikuti UMPTN,” katanya.

Dalam menentukan pilihan ke Fakultas Kedokteran Gigi UGM, diakuinya itu ilham spontan. “Ketika aka mendatar UMPTN, tiba-tiba gigi saya terasa senut-senut. Spontan saja saya pilih FKG UGM dan Unsoed,” ujarnya.

Akhirnya diterima di FKG UGM. Saat itu ada saudara sepupu yang sukses jualan daging sapi di Magelang, berniat membantu biaya kuliah. Mereka merasa berhutang budi karena sejak kecil sampai berumah tangga, dibantu ayah Ayu. Maka setelah pengumuman sambil menunggu oriantasi mahasiswa baru, Ayu pulang ke rumah saudara sepupunya itu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Zalaka Pastry dan Cake Batik Angkat MAN 5 Sleman

Jumat, 14 November 2025 | 19:50 WIB

Tri Wahyuni Pemuda Pelopor Seni Budaya DIY 2025

Rabu, 29 Oktober 2025 | 09:40 WIB

Mursyid Juara 1 Lomba Matematika Integrasi

Minggu, 16 Maret 2025 | 19:10 WIB
X