Ananda, Anak Penjual Mainan Peraih Nilai Sempurna UNBK Masuk UGM

Photo Author
- Senin, 20 Mei 2019 | 14:10 WIB
Ananda Hafidh Rifai Kusnanto dan ibunya Supadmi.
Ananda Hafidh Rifai Kusnanto dan ibunya Supadmi.

Ketika mendengar raihannya itu, Ananda mengaku terkejut. Walaupun banyak pihak yang sudah mengakui kemampuan akademisnya, meraih nilai sempurna dalam UNBK, menurutnya, adalah sesuatu yang di luar dugaan.

Tidak ada trik khusus yang dilakukan Ananda selama ini. Seperti yang selalu dijelaskannya kepada para wartawan, ia sama sekali tidak pernah mengikuti bimbingan selain yang diberikan sekolah. Hal itu karena dirinya sadar jika ibundanya tidak memiliki cukup uang. Saban hari, ia hanya belajar secukupnya dengan buku pelajaran dan latihan soal yang disediakan sekolahnya. “Dengan usaha dan doa yang tekun, syukur bisa mendapat hasil yang maksimal,” terangnya.

Soal diterima di UGM melalui jalur undangan, untuk hal ini Ananda mengaku tidak terlalu terkejut. Pasalnya, jalur ini mengandalkan nilai rapor. Ia percaya diri akan lolos jika melihat peringkatnya yang selalu stabil masuk sepuluh besar kelas selama ini, belum lagi ditambah sertifikat medali perak Olimpiade Astronomi yang diraihnya saat kelas 10. “Saya yakin akan diterima, makanya hanya memasukan satu dari dua pilihan yang tersedia saat pendaftaran SNMPTN,” ujarnya sembari berkelakar.

Supadmi, yang turut nimbrung dalam percakapan sepulang dari berjualan, juga merasa tidak kaget atas kabar anaknya diterima di UGM. Hal yang lebih mengagetkan baginya adalah pemilihan jurusan Ananda. Pasalnya, ia melihat pilihan itu tidak sesuai dengan bidang yang ditekuni Ananda selama ini, yakni Astronomi.

Akan tetapi, Supadmi bercerita pilihan itu ternyata diambil atas saran dari paman Ananda yang juga kakak kandungnya. “Kakak saya menyarankan Ananda untuk memilih jurusan itu jika tidak ingin menganggur setelah lulus. Hal itu karena pengalaman beliau sendiri sebagai lulusan Pertanian UGM,” ungkapnya.

Selain itu, menurut Supadmi, anaknya ternyata juga memiliki gagasan tersendiri yang ingin diwujudkan ketika nanti berkuliah di jurusan itu. “Sekali waktu Ananda pernah bercerita saat mempelajari Astronomi di SMA, ia menyadari tentang energi surya sebagai sumber daya alternatif. Dengan masuk Teknik Elektro ingin belajar membuat mesin yang bisa mewujudkan gagasan itu,” paparnya.

Hal yang sebenarnya sempat dikhawatirkan Supadmi ketika anaknya diterima kuliah adalah masalah biaya. Meskipun anaknya diterima dengan status mahasiswa Bidikmisi, ia tetap merasa belum cukup untuk menutupi seluruh biaya hidup selama berkuliah. “Utamanya yang paling khawatir adalah masalah tempat tinggal. Saya dengar untuk kos paling murah di sana mencapai Rp 500 ribu per bulannya,” keluhnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Zalaka Pastry dan Cake Batik Angkat MAN 5 Sleman

Jumat, 14 November 2025 | 19:50 WIB

Tri Wahyuni Pemuda Pelopor Seni Budaya DIY 2025

Rabu, 29 Oktober 2025 | 09:40 WIB

Mursyid Juara 1 Lomba Matematika Integrasi

Minggu, 16 Maret 2025 | 19:10 WIB
X