KRjogja.com - KULIAH di luar negeri memiliki berbagai keuntungan atau kelebihan tersendiri yang tidak diperoleh dengan kuliah di dalam negeri. Dengan kuliah di luar negeri, selain menuntut ilmu, seseorang sekaligus bisa mengasah kemampuan bahasa asing.
Sembari menimba ilmu, kita mendapat kesempatan untuk menjalin persahabatan dengan berbagai kalangan yang berasal dari beragam latar belakang negara, suku bangsa, bahasa, maupun budaya.
Kuliah di luar negeri diyakini pula dapat meningkatkan kemandirian dan kemampuan adaptasi seseorang dengan berbagai situasi dan kondisi. Pendeknya, ada begitu banyak manfaat yang dapat diraih seseorang dengan kuliah di luar negeri.
Baca Juga: Konsolidasi di Jogja, Djarot Serukan Kader PDIP Kawal Program Walikota
Tetapi tidak semua orang memiliki kesempatan dan keberuntungan yang sama untuk mendapatkan berbagai benefit tersebut. Selain syarat-syarat yang ketat dan kompetitif secara akademik, kuliah di luar negeri juga membutuhkan biaya besar. Karenanya, bila dilakukan secara mandiri, hanya kalangan tertentu saja yang mampu secara finansial.
Di lain sisi, yang mampu secara finansial untuk membiayai sendiri kuliah di luar negeri, belum tentu mampu secara akademik. Begitu pula sebaliknya.
Yang beruntung, tentu saja kalangan yang mampu melakukan kedua-duanya. Yakni memenuhi syarat secara akademik, dan sekaligus juga mampu secara finansial. Tapi tidak semua orang memiliki kemewahan itu, tidak semua orang seberuntung itu. Banyak dari pelajar dan mahasiswa kita yang mampu secara akademik, tapi tidak dapat membiayai sendiri program kuliah di luar negeri.
Baca Juga: AS dan China Dikabarkan Akan Mengakhiri Perang Dagang
Buku Antara Jakarta dan Philadelphia yang ditulis oleh Thalia Franceska Prasetyo menyajikan sebuah fakta betapa siapapun sejatinya dapat meraih cita-cita tersebut. Artinya, seorang pelajar atau mahasiswa dapat kuliah gratis di sebuah perguruan tinggi top di luar negeri, tanpa harus mengeluarkan biaya sendiri. Solusinya adalah dengan mengasah kemampuan akademik dan mendapatkan beasiswa.
Dengan beasiswa itu, penulis buku ini, Thalia, dapat mencicipi pengalaman kuliah di luar negeri. Bukan sekedar di luar negeri, tapi di The University of Pennsylvania (Penn), sebuah kampus yang masuk dalam daftar 8 kampus elite di Amerika Serikat yang disebut Liga Ivy atau Ivy League.
Dalam buku Antara Jakarta dan Philadelphia, dipaparkan cita-cita penulis kuliah di negara maju, seperti di Amerika Serikat atau Eropa terkendala mahalnya biaya.
Secara akademik, ia memenuhi syarat, tapi secara finansial, cita-cita tersebut tidak dapat dibiayainya secara mandiri. Ia pun bulat memformulasikan sebuah jawaban atas persoalan itu bahwa beasiswa adalah solusinya.
Penulis yang ketika itu masih kuliah di Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, berupaya mencari informasi dan mengikuti seleksi berbagai program beasiswa. Tidak semua berjalan mulus. Berkali-kali gagal tidak membuat penulis menyerah.
Kisah pencarian beasiswa dan cara mendapatkannya pun dipaparkan. Kisah yang ditulis dalam buku Antara Jakarta dan Philadelphia sungguh dapat memberi inspirasi kepada para pelajar dan mahasiswa yang memiliki cita-cita yang sama.