Pada kesempatan itu, Ketua Baznas RI tersebut juga menyampaikan rasa syukurnya atas meningkatnya kesadaran generasi muda dalam berinfak.
Dalam catatannya, pada masa Covid-19 lalu, ada kenaikan jumlah infak sebanyak 40 persen yang bersumber dari kaum muda.
Tawazun
Sementara itu, KH Hanief Ismail mengajak umat untuk menjadikan Ramadan sebagai kawah candradimuka. Bulan puasa adalah saat menguji ketahanan seseorang untuk ‘digoreng’ dan ‘dibakar’ guna meraih kemenangan.
Pengasuh Ponpes Raudlatul Qur’an An-Nasimiyah itu berharap mereka meningkat amaliahnya. Ramadan adalah madrasah agar bisa lebih baik, untuk menuju 1 Syawal. Arti Syawal adalah peningkatan, yakni meningkat ibadah dan segala prestasi hingga ujung dunia.
‘’Saya berharap selepas Ramadan, semua menjadi tidak berdosa lagi. Tapi persoalannya, apakah selepas Ramadan dosanya kembali lagi, atau bahkan bertambah. Naudzubillahi min dzalik,’’ katanya.
Pada kesempatan itu, Hanief menekankan pentingnya menjadi orang yang menghargai waktu.
“Jadilah manusia yang beruntung karena bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, karena ibarat pedang, waktu bisa memenggalmu,” pesannya.
Dia juga mendorong agar bisa bersikap tawazun atau menyeimbangkan segala aspek kehidupan, khususnya pada tiga hal yaitu berbuat baik kepada Allah SWT, masjid, dan masyarakat.
KH Muhyiddin selaku panitia kegiatan menjelaskan, halalbihalal menjadi tradisi di keluarga besar MAJT, dan sempat vakum saat ada pandemi.
‘’Ini ajaran Islam yang berkat kearifan pemimpin dulu sudah menjadi budaya yang bersifat universal,’’ tambahnya. (Isi).