Dosen Sekolah Vokasi Undip Raih Penghargaan Paten Granted, Terinspirasi Belut, Kembangkan Teh Hijau Dekafein

Photo Author
- Jumat, 17 Januari 2025 | 19:45 WIB

SEMARANG - Dosen Prodi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro (SV Undip), Mohamad Endy Julianto kembali menorehkan prestasi dengan menerima penghargaan dari Universitas Diponegoro atas capaian Paten Granted terbanyak ke-2.

Menurut Endy, pemberian penghargaan bagi dosen dengan capaian Paten Granted dan Hak Cipta pada Undip Tahun 2024 atas dedikasi dan kontribusi kinerja dosen.

Apresiasi ini sebagai langkah untuk memotivasi dan mendorong dosen Undip untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu aspek kinerja dosen berupa Kekayaan Intelektual (KI) yang merupakan capaian luaran kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat.

Endy kepada pers Rabu (15/1/2025) mengatakan, penelitian tersebut dilakukan juga bersama Tim Peneliti Hermawan Dwi Ariyanto, ST, M.Sc, Ph.D, Dr. Indah Hartati, Didik Ariwibowo, ST, MT. Juga melibatkan mahasiswa Elsan Febiyanti, Nurika Nazilatul Ilmi, Deas Oky Pratama, Nadya Fitria Azzahra.

Skema penelitian tersebut berupa skema Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan pendanaan dari LPDP, merupakan inovasi produksi teh hijau bebas kafein.

"Judul riset berupa "Pengembangan Proses Biotermokimia Gelombang Mikro untuk Produksi Nanopolifenol Teh Hijau Bebas Kafein yang Termodifikasi Kolagen". ''Harapannya hasil penelitian ini akan segera di komersialiasi bersama mitra industry PPTK Gambung yaitu teh hijau premium bebas kafein yang kompetitif,'' jelas. Endy

Endy mengungkapkan bahwa latar belakang penelitian tentang manfaat teh hijau yang mengandung berbagai senyawa aktif bagi kesehatan seperti antioksidan, antikanker, antiinflamatory, anti proliferative, antihipertensi, antiobesitas dan fungsi farmakologis lainnya.

Sebagian besar efek terapetik dan efek kemopreventif tersebut disebabkan oleh keberadaan senyawa bioaktif polifenol seperti catechin, epicatechin, epigallo catechin, epicatechin gallate, epigallo catehchin gallat dan asam gallat. Keluasan spektrum aktivitas farmakologi polifenol teh hijau mendorong proses inkorporasinya pada berbagai produk pangan seperti bakery, biskuit, donat, cookies, bakpia, puding, bakpao, es krim, keju dan pangan fungsional lainnya.

Akan tetapi, tambah Endy, industri pangan mensyaratkan inkorporasi bubuk teh hijau bebas kafein memiliki efek kesehatan sangat tinggi.

''Oleh karenanya, dibutuhkan proses untuk menyingkirkan kafein dari bubuk teh hijau melalui proses blancing gelombang mikro yang bertujuan menginaktifkan enzim polifenol oksidase dan hidroperoksidase serta mengekstrak kafein sebagai produk nutrasetikal,'' ujar Endy.

Lebih lanjut Endy mengatakan inkorporasi bubuk teh hijau untuk produk pangan dan nutrasetikal dibatasi oleh rasa pahit polifenol dan epimerisasinya pada temperatur tinggi dengan pH basa yang berdampak pada turunnya aktivitas polifenol. Selain itu, juga terbatasi oleh karakteristik polifenol yang memiliki kestabilan dan bioavailabilitas rendah. Polifenol pada teh dinyatakan stabil pada kondisi asam namun dapat dengan cepat terdegradasi pada cairan tubuh dengan pH 7,4.

Polifenol teh hijau juga sangat tidak stabil saat melewati system saliva, lambung dan usus bagian atas pada system digesti dimana hanya sekitar 5,3 % dari total polifenol yang terekoveri dari system digesti/pencernaan. Ketidak stabilan tersebut diduga karena residual dissolved oxygen yang menyebabkan terjadinya reaksi epimerisasi dan autooksidasi. Ketidak stabilan dari polifenol juga pada akhirnya akan mempengaruhi ketersediaan bagi system tubuh manusia (bioavalibaility).

Biovailabitas polifenol teh hijau yang bebas kafein dapat ditingkatkan dengan menerapkan teknik nanoenkapsulasi pada polifenol. Nanoenkapsulasi senyawa aktif merupakan pendekatan yang efisien dalam meningkatkan stabilitas fisik dari senyawa aktif dalam menghadapi kondisi di system pencernaan dengan melindunginya dari interaksi dengan komponen-komponen pencernaan serta melindunginya dari degradasi awal didalam tubuh. Nanoenkapsulasi dinyatakan mampu membantu meningkatkan bioaktivitas dan efisiensi pelepasan karena ukuran subselularnya.

''Efisiensi senyawa berukuran nano dinyatakan 15-250 kali lipat lebih besar daripada senyawa yang memiliki ukuran lebih besar. Partikel nano juga mampu memperlambat waktu sirkulasi, dapat digunakan untuk meningkatkan konsentrasi senyawa aktif pada matriks pangan (food matrices) serta mampu mencegah interaksinya dengan food ingredient yang lain,'' jelas Endy.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agusigit

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Nataru, PLN Siagakan 315 SPKLU di Jateng-DIY

Jumat, 19 Desember 2025 | 23:10 WIB

FEB Unimus Gelar Entrepreneurship Expo and Competition

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:30 WIB

HISPPI PNF Jawa Tengah Resmi Dikukuhkan

Jumat, 12 Desember 2025 | 16:10 WIB

Kasus HIV/AIDS di Salatiga 1.055 Kasus

Kamis, 11 Desember 2025 | 10:05 WIB
X