KRjogja.com - SEMARANG – Situasi ekonomi yang fluktuatif memberi dampak bagi Pemerintah Daerah untuk menuntaskan program kerjanya. Oleh karena itu Pemerintah Daerah dituntut harus mampu beradaptasi guna merespon memburuhknya perekonomian global yang akan berimbas pada pelaksanaan program pembangun, termasuk bagi Jawa Tengah.
Hal ini disampaikan Ferry Wawan Cahyono, anggota Komisi B DPRD Jateng yang bertindak sebagai salah satu naras umber Diskusi Interaktif menyoal ‘Ketahanan Ekonomi Jateng di Masa Sableng’ yang digelar DPRD Jawa Tengah menggandeng Forusm Wartawan Pemprov & DPRD Jawa Tengah (FWPJT) didukung Bank Jateng, Rabu (16/7/2025) di Gedung Merah Putih, Komplek Gubernuran Jateng, Semarang.
Wakil Rakyat dari Partai Golkar ini menyarankan dunia usaha di Jawa Tengah segera membuka pasar baru dan mencari strategi bertahan dengan mengembangkan inovasi dan menekankan pentingnya mengembangkan pusat pertumbuhan baru di wilayah Selatan Jawa Tengah agar tak menggantungkan pada Kawasan Pantura.
“Ketahanan ekonomi merupakan kata kunci yang harus direspon,” tegas Ferry Wawan Cahyono.
Dialog interaktif ini semakain hidup dengan hadirnya Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah, Dr Zulkifli yang menggaris bawahi pentingnya transformasi menyeluruh dalam menghadapi situasi global yang dipapar Ferry Wawan Cahyono.
“Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mengakselerasi pembangunan jangka Panjang dengan mengusung tiga pilar transformasi utama ; ekonomi, tata kelola dan social. Melalui forum strategis bertajuk Arah Pembangunan Jawa Tengah 2025-2045, Pemprov menegaskan kesiapan daerah dalam menjawab tantangan menuju Indonesia Emas 2045,” papar Zulkifli.
Nara sumber berdarah Aceh yang di masa pasca reformasi termasuk aktifis vocal ini pun menegaskan, bahwa hidup di masa ‘sableng’ yang serba tidak pasti, menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi saja tidak lah cukup. Harus ada ketahanan ekonomi, reformasi tata kelola dan transformasi social yang nyata.
Zul Gayo, panggilan akrabnya, memaparkan arah baru Pemprov mengusung Visi Jateng Sigap (Tata Kelola Adaptif) – Jateng Makmur (Ekonomi Unggulan) – Jateng Nyaman (Transformasi Sosial). Adapun target pembangunan hingga 2029 antara lain mencakup pertumbuhan ekonomi 7% - 8%, dengan penurunan angka kemiskinan ke angka 7,13%, dan peningkatan PDRB per kapita menjadi Rp 78,4 juta.
Sementara Guru Besar Ekonomi Undip Prof Akhmad Syakir Kurnia mengingatkan bahwa ketahanan ekonomi harus dibangun dari kapasitas structural. Syakir menyoroti lemahnya serapan anggaran belanja modal, hanya 37,17% pada September 2024 yang dinilai menjadi bukti eksekusi yang belum optimal.
“Surplus APBD bukan prestasi, tapi cermin dari belum bergeraknya sektor riil,” tegas Prof Akhmad Syakir Kurnia.
Tak hanya menyoroti lemahnya serapan anggaran, Syakir juga menyoroti kemiskinan pedesaan yang masih di angka 10,45%, serta perlunya penguatan layanan dasar yang merata dan responsive di seluruh wilayah.
“Saya sarankan agar investasi yang masuk tak hanya berorientasi pada modal, tetapi juga harus menyerap tenaga kerja lokal dalam jumlah lebih besar. Syukurnya investasi triwulan I 2025 tumbuh 18%, didominasi Penanaman Modal Asing (PMA). Harapannya tren ini terus berlanjut dan memperkuat ketahanan ekonomi di tengah guncangan global,” ungkap Prof Akhmad Syakir Kurnia.