Pakar UGM Ingatkan Bahaya 'Porak' Hewan Mati karena Sakit, Ternyata Ini Sebabnya

Photo Author
- Jumat, 7 Juli 2023 | 15:30 WIB
Vaksinasi hewan ternak dilakukan untuk mencegah penularan antraks. (dok)
Vaksinasi hewan ternak dilakukan untuk mencegah penularan antraks. (dok)

Krjogja.com - SLEMAN - Pakar Kedokteran Hewan UGM Prof Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni, mengingatkan bahaya menyembelih bangkai hewan yang mati karena penyakit. Ramai kembali diberitakan, satu warga Padukuhan Jati Semanu Gunungkidul meninggal karena Antraks lantaran memakan hewan mati positif.


“Hewan yang terjangkit tidak boleh dibuka, maka kalau disembelih itu kesalahan fatal karena bakteri sebagian besar ada di darah. Ketika darah keluar dan berinteraksi dengan udara, terbentuklah spora yang menjadi hal berbahaya," ungkapnya pada wartawan, Jumat (7/7/2023).


[crosslink_1]


Penyakit Antraks yang terdeteksi di Indonesia sejak 1884 silam memang merupakan penyakit yang tidak mudah dimusnahkan. Spora yang dihasilkan oleh bakteri Antraks, terang Wahyuni, sulit hilang dan bisa bertahan di tanah hingga puluhan tahun.


"Bisa diobati (hewan yang terkena Antraks) karena bakteri masih sensitif dengan antibiotik. Untuk pencegahan ada vaksinasi yang perlu diulang setiap enam bulan," sambungnya.


Sementara, terkait Antraks yang menyerang manusia bisa dibagi ke dalam empat jenis, yaitu antraks kulit, antraks saluran pencernaan, antraks saluran pernafasan, serta antraks injeksi. Menurut epidemiolog UGM, dr Citra Indriani, kasus antraks yang paling sering ditemukan di Yogyakarta adalah antraks kulit, sedangkan kasus antraks saluran pernafasan dan antraks injeksi hingga kini belum pernah ditemukan di Indonesia.


“Antraks kulit bisa muncul ketika seseorang menyembelih hewan yang terinfeksi, lalu darah yang keluar kontak dengan kulit yang terdapat luka. Gejala awalnya adalah gatal lalu berkembang cepat menjadi luka antraks dan pembengkakan,” terang Citra.


Sama seperti kejadian pada hewan, antraks pada manusia juga bisa ditangani dengan deteksi dini serta pengobatan yang sesuai. Namun ia menekankan bahwa upaya-upaya pencegahan lebih penting untuk diperhatikan.


“Begitu ada antraks perlu ada pengendalian terus menerus, dari segi lingkungan maupun hewannya sehingga penyakit manusia bisa dicegah. Jika memiliki gejala pasca kontak dengan hewan sakit atau menyembelih, langsung datang ke fasilitas kesehatan karena dokter sudah disiapkan untuk bisa mendeteksi dini kasus antraks pada manusia,” sambung dia.


Dosen Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono, menambahkan pentingnya pemahaman, kesadaran bersama dalam penanganan Antraks agar tidak lagi menimbulkan korban. Kebiasaan memotong dan membagi-bagikan daging hewan yang mati karena sakit, menurut dia harus dihentikan.


“Cukup sudah jangan sampai ada kasus lagi, karena sekarang hampir semua provinsi di Indonesia sudah kena. Sebagaimana saat Covid-19 mari bersama-sama kita lawan, masyarakat saling mengingatkan. Porak atau menyembelih hewan mati karena sakit ini tidak boleh lagi menjadi tradisi atau kebiasaan di masyarakat," pungkas Nanung. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X