Krjogja.com - SLEMAN - Tiga atlet renang DIY dari tim JAQ yakni Gabriella Gwen Lambert (Gwen), Aurelia Kartika Dharma (Aurel) dan Nabilah M K Umarella (Lala) mendapat beasiswa Indonesia Maju untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Ketiganya bersiap berangkat masing-masing ke University of Massachusetts, Amherst (Linguistics), Wageningen University (Enviromental Science) dan University of British Columbia, Psychology (Bachelor of Arts).
Owner Team JAQ, Boyke Dharma mengatakan pihaknya memang berusaha memadukan prestasi renang dengan akademis untuk para atlet. Pasalnya, selama ini para atlet memiliki masa berkarier sehingga perlu disiapkan masa depan ketika selesai berprestasi renang.
"Kami fasilitasi anak-anak untuk berlatih dengan baik, namun secara akademis juga disentuh. Kami coba bangun sistem membentuk atlet yang cerdas dan renangnya tertib serta disiplin," ungkapnya, Jumat (02/06/2023).
[crosslink_1]
Tiga atlet yang mendapatkan beasiswa penuh dari negara untuk berkuliah di luar negeri diharapkan menjadi starting poin program tersebut ke depan. Tak harus atlet dari keluarga mampu, namun siapa saja bisa asal memiliki kedisiplinan yang didapatkan dari kolam renang.
"Starting tiga anak ini harapannya bisa menginspirasi anak-anak lain. Tidak harus keluarga mampu, siapapun sanggup dan bisa menjadi baik. Sekali lagi tidak harus keluar negeri tapi tujuannya adalah bagaimana meraih sukses dalam hidup, seturut apa pilihannya," sambung Boyke.
Rosa Palmastuti, pelatih team JAQ, menambahkan sisi akademis harus menjadi konsern penting di lingkungan olahraga. Orang-orang dewasa di sekitar atlet harus bisa menciptakan kondisi baik yang membuat prestasi olahraga dengan akademis bisa berjalan beriringan.
"Saya sebagai pelatih, tidak ingin memberikan mindset atlet berenang berlatih untuk menang. Atlet ada waktu dan rentang usia emas, kemudian ketika selesai mau ngapain. Dari 5 tahun sampai senior mereka berlatih, kalau sudah mau ngapain. Kami bekali untuk memenangkan kehidupan masing-masing. Ini goal sebenarnya, the champion of life. Karena itu atlet harus belajar softskill, apa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, membawa mereka meraih cita-cita. Tugas kita orang-orang dewasa di sekitar atlet yang mewujudkan ekosistem mendukung cita-citanya," ungkapnya.
Di JAQ, para atlet dibekali skill komunikasi, diskusi, serta softskill lainnya yang menunjang kemampuan individu. Rosa berharap, program yang dikembangkan ini bisa diadaptasi oleh klub-klub lain di ekosistem PRSI DIY.
"Tiga atlet ini tetap memilih kampus yang renangnya juga bagus, jadi mereka bisa tetap berlatih mengembangkan diri di kancah internasional. Jadi, ketika selesai kuliah nanti mereka masih bisa bermain di Sea Games atau PON," pungkas dia. (Fxh)