Krjogja.com - SLEMAN - Ada yang unik dalam Ngaji Pasan (mengaji kitab kuning secara rutin di bulan Ramadan) yang diselenggaran Pesantren Tegalsari Wedomartani Ngemplak Sleman. Ngaji kitab Risalatus Shiyam yang diasuh KH Asyhari Abta ini diikuti para santri kalong yang uniknya mereka umumnya adalah para kiai, guru ngaji, dan tokoh masyarakat di tempat tinggalnya masing-masing.
Sebenarnya ngaji kutib kuning yang diselenggarakan tiap pagi ba’da Subuh tersebut untuk masyarakat umum. Tetapi dalam pelaksanaannya yang hadir ternyata kebanyakan para kiai dan guru ngaji. Ada juga seorang profesor di tengah-tengah para santri yang ngaji. Risalatus Shiyam yang dibaca dalam Ngaji Pasan merupakan karya KH Ali Maksum Krapyak, guru langsung KH Asyhari Abta.
[crosslink_1]
Ketua pengajian, H. Masyhur Amin, yang juga Ketua Tanfidziyah MWC NU Depok, dalam acara Khataman Kajian Kitab, Rabu (12/4/2023), menyampaikan salut dan bangga kepada para kiai yang masih mau hadir di tengah kesibukanmasing-masing. Sedang Prof Dr KH Rochmat Wahab, Ketua Tanfidziyah PWNU DIY masa khidmat 2011-2016, yang juga Rektor UNY periode 2009-2017, dalam sambutannya mewakili para santriwan dan santriwati menyampaikan bahwa ikut ngaji kitab secara langsung kepada Pak Kiai Asyhari Abta di Pesantren Tegalsari besar sekali manfaatnya. Menjadi alim dalam ilmu agama adalah modal penting dalam hidup ini.
Dalam khataman kajian kitab yang digelar di halaman Pesantren Tegalsari, KH Asyhari Abta menyampaikan tentang hadits bahwa Nabi Muhammad SAW adalah kotanya ilmu sedang Sayyidina Ali adalah pintu gerbangnya. Kemudian, menguraikan jawaban Sayyidina Ali tentang sepuluh kelebihan ilmu dibanding dengan harta dunia. Dengan demikian, betapa penting untuk terus mengaji bagi siapa saja, tak pandang usia, atau saat ini sudah menjadi apa. (Fie)