Kongres Kebudayaan Jawa Dibuka, Reaktualisasi Sesuai Perubahan Era Global

Photo Author
- Senin, 14 November 2022 | 22:10 WIB
Tarian pembukaan Kongres Kebudayaan Jawa III. (Foto: Harminanto)
Tarian pembukaan Kongres Kebudayaan Jawa III. (Foto: Harminanto)

Krjogja.com - SLEMAN - Gubernur DIY, Sri Sultan HB X bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membuka Kongres Kebudayaan Jawa III di Alana Convention Center, Senin (14/11/2022) malam. Kebudayaan Jawa sudah waktunya mereaktualisasi nilai di dalamnya agar tak dianggap usang dan kadaluarsa.


Sultan dalam penyampaian pembukaan mengatakan budaya Jawa memang penuh bunga-bunga semerbak, banyak hal yang tersama sinamuning-samudana, antik, artistik dan estetis. Tak habis-habisnya jika orang mau membicarakan budaya Jawa, terutama aspek-aspek falsafah hidup Jawa.


“Tak akan membosankan, karena penuh makna dan banyak timbunan sejuta simbol filosofi yang merangsang keingintahuan. Terdapat percikan-percikan falsafah hidup Jawa, yang menyelinap halus dalam karya susastra lama yang memuat ajaran (piwulang) dan petuah berharga (pitutur luhur), hendaknya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya di-reaktualisasi sesuai perubahan era globalisasi,” ungkap Sultan.


Sultan menyampaikan, sudah selayaknya, di era yang serba modern-digital ini, falsafah hidup Jawa tak boleh semerta dianggap menjadi usang atau kadaluarsa. Sebaliknya, semua nilai tersebut harus direaktualisasi agar semakin ada kejelasan maknanya, seperti gagasan yang termakna dalam “Saptagati”, sebagai rumusan yang dihasilkan dalam Kongres Kebudayaan Jawa II, pada tahun 2018 silam.

“Saptagati dapat dimaknai sebagai Tujuh Keutamaan Budaya Jawa, dengan menyandang unsur substansi: jatidiri, sendi pembangunan bangsa, pilar kesatuan, tuntunan perilaku kepemimpinan, benteng pelestarian budaya, daya mental, pemahaman nilai global, dan daya mental spiritual tata pergaulan internasional. Sehingga besar harapan, Kongres Kebudayaan Jawa III, seiring temanya: “Kabudayan Jawa Anjayèng Bawana: Dari Saptagati Menuju Kebudayaan Global”, menjadi wadah inovasi dan kreasi aktualisasi budaya Jawa, agar memiliki daya-panggil, daya-gerak dan daya-ungkit serta daya-hidup. Kesemuanya itu dilakukan untuk membangkitkan “gumrégahing” masyarakat secara bersama-sama membangun kesejahteraannya sendiri,” lanjut Sultan.

Gubernur DIY ini berharap melalui kegiatan Kongres Kebudayaan Jawa, budaya Jawa dapat menjadi jawaban atas berbagai tantangan zaman dan tantangan global, seiring dinamika yang menyertainya. Sultan pun menyampaikan selamat datang pada ratusan peserta kongres dari berbagai daerah dan berharap kemanfaatan nyata yang dihasilkan dari kongres tersebut.


Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakhsmi Pratiwi menambahkan Kongres Kebudayaan Jawa diikuti 150 peserta dari tiga provinsi yakni DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang sebelumnya telah mengikuti Pra Kongres juga 100 undangan daring. Ada tiga komisi yang akan melakukan pembahasan secara detail yakni Komisi Saptagati, Komisi Inovasi dan Komisi Difusi.


“Tugas Komisi Saptagati adalah melakukan pengkajian ulang atas makna dari setiap proposisi Saptagati untuk selanjutnya diproyeksikan sebagai spirit gerakan kebudayaan Jawa dalam konteks kebudayaan global. Tugas Komisi Inovasi adalah: (i) Merumuskan strategi inovasi atas 5 objek budaya Jawa yang telah ditetapkan oleh UNESCO agar nilai dan wujud dari lima objek tersebut dapat diterima oleh masyarakat global dan menjadi rujukan bagi terbangunnya peradaban baru dunia, (ii) Merumuskan Sistem, Model dan Jaringan Data Kebudayaan Jawa yang akurat dan terpadu di antara tiga provinsi, dan (iii) Merumuskan Model Kelembagaan untuk mengimplementasikan rumusan inovasi dari lima objek budaya Jawa tersebut sebagai gerakan kebudayaan global. Tugas Komisi Difusi adalah: (i) Merumuskan strategi difusi atas 5 objek budaya Jawa yang telah ditetapkan oleh UNESCO agar nilai dan wujud dari lima objek tersebut dapat diterima oleh masyarakat global dan menjadi rujukan bagi terbangunnya peradaban baru dunia, (ii) Merumuskan Sistem, Model dan Jaringan Data Kebudayaan Jawa yang akurat dan terpadu di antara tiga provinsi, dan (iii) Merumuskan Model Kelembagaan untuk mengimplementasikan rumusan difusi dari lima objek budaya Jawa tersebut sebagai gerakan kebudayaan global,” terang Dian. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X