SLEMAN, KRJOGJA.com - Mantan karyawan ex Bank Niaga di Yogyakarta yang tergabung dalam kelompok pengajian Siti Khadijah, mengadakan kegiatan lepas kangen melalui acara Syawalan, Kamis (26 Mei 2022).
Acara Syawalan diselenggarakam di Masjid Pondok Pesantren Mustabsheera Bias, Kledokan Kapanewon Ngemplak Sleman, mengundan dai sekaligus penulis spesial keagamaan, Kang Jarwo.
Acara diadakan secara sederhana namun khikmat dengan menyimak tausyiah dari Kang Jarwo. Usai tausyiah, para tamu undangan bersalaman untuk saling meminta maaf dan memaafkan. Acara tersebut dihadiri pula oleh Ketua Yayasan Mustabsheera Bias, Ibnu Gunawan.
Dalam ceramah syawalan Kang Jarwo menyampaikan bahwa umat Islam bisa belajar dari Nabi Yusuf tentang memaafkan.
Dalam kisahnya, Nabi Yusuf mengulurkan bantuan dan memaafkan kejahatan percobaan pembunuhan berencana yang dilakukan kakak-kakaknya terhadap dirinya. Berikut luka rentetan takdir yang menyesakkan. Dijual sebagai budak belian. Kemudian, terdampar sebagai pelayan, bahkan di penjara sebagai tahanan.
Kang Jarwo mengutip kisah Nabi Yusuf dari ayat Alquran. "Berkata Yusuf [kepada kakak-kakaknya yang telah melakukan kesalahan dan kejahatan] : "Hari ini tidak ada celaan dan cercaan [apalagi pembalasan dendam] terhadap kalian. Mudah-mudahan Allah mengampuni kesalahan dan dosa-dosa kalian. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang." [QS. 12 : 92]
"Kejadian ini mengingatkan kita kepada Rasul terkasih, Nabi Muhammad, sewaktu dihina dan dilempari batu oleh penduduk Thoif. Sementara Allah telah mengizinkan malaikat melakukan apapun yang Rasul mau dan ingini. Rasul memilih memaafkan daripada pembalasan. Bahkan, mendoakan penduduk yang melukainya, supaya kelak menjadi orang yang beriman," ujar Kang Jarwo.
"Begitu pula sewaktu kota Mekah dibebaskan. Nasib penduduk Mekah sepenuhnya ada dalam genggaman. Namun, Rasul tetap memilih memaafkan, daripada pembalasan. Bahkan, Rasul membuat pernyataan yang mengejutkan : "Siapapun yang bersembunyi di rumah Abu Sufyan, aman." Padahal Abu Sufyan merupakan salah satu musuh umat Islam terdepan.
"Tidak hanya kepada para Nabi pilihan, kita bisa juga belajar memaafkan dari manusia akhir jaman. Buya Hamka, dipenjara selama dua tahun lebih oleh Soekarno, tanpa lewat proses pengadilan. Namun, beliau bersedia menjadi imam sholat jenazah, memenuhi permintaan terakhir Soekarno sebelum ajal menjemput datang. Beliau memilih memaafkan dan berbuat kebaikan, daripada menyimpan kebencian dan dendam," kata Kang Jarwo.(Cdr)