SLEMAN, KRJOGJA.com - Catur Gunadi Alumnus UPN Veteran Yogyakarta terpilih sebagai Ketua Ikatan Alumni Tambang (IKATA) Periode 2021-2025. Alumnus Fakultas Teknik Pertambangan angkatan 1992 ini terpilih melalui kegiatan Musyawarah Nasional ke 6 IKATA yang digelar 16-18 Desember 2021 di Eastparc Hotel.
Usai terpilih, Catur mengaku akan melakukan konsolidasi internal IKATA untuk terus mengangkat kiprah IKATA dalam kontestasi nasional. Ia akan melakukan tata kelola alumni yang baik dengan melakukan transformasi pengelolaan alumni secara digital dan modern.
"Kami akan melakukan konsolidasi diinternal dulu untuk menciptakan ayem dan ayom sehabis kontestasi. Kami akan membuat IKATA menjadi kebanggaan semua alumni dengan menjalankan IKATA yang guyup dan gayeng. Bagaimanapun IKATA bagian tidak terpisahkan dari UPN Veteran," katanya usai kegiatan Munas IKATA, Jumat (17/12).
Ketua Himpunan Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta Sultan Farrel Syahada Manopo mengatakan kegiatan Munas ke 6 IKATA tersebut diikuti 2700 alumni dari seluruh penjuru dunia. Mereka juga mengikuti Munas untuk dengan cara hybrid, baik luring maupun daring.
"Kami mahasiswa aktif yang juga nanti akan masuk IKATA. Kami berperan aktif dalam Munas ini agar ada hubungan kesinambungan antara HMTA dengan IKATA," katanya.
Sementara itu, Ketua IKATA Periode 2017-2021, Joko Kus Sulistyoko kegiatan Munas tersebut salah satunya memilih Ketua IKATA. Munas tersebut diharapkan juga merancang program kerja bagi pengurus baru.
"Keberadaan IKATA ini cukup disegani di Indonesia, nomor dua setelah ITB. Tapi secara massa, kekuatan dan kekompakan cukup disegani baik oleh institusi swasta maupun pemerintah," katanya.
Menurut Joko, selama ini anggota IKATA banyak terlibat langsung dalam pembahasan regulasi pertambangan. Termasuk melaksanakan UU Pertambangan di Indonesia. "Isu pertambangan erat kaitannya dengan isu lingkungan. Tambang lingkungan menjadi hal penting saat ini dan menjadi tuntuan," katanya.
Joko mengatakan, masalah tambang jangan hanya dilihat dari sisi negatifnya. Sebab barang-barang yang ada saat ini, banyak dihasilkan dari bahan penambangan. Termasuk peningkatan ekonomi masyarakat di kawasan penambangan.
"Tambang kedengarannya merusak, padahal tidak. Tambang punya dampak efek ekonomi yang besar. Misalnya, terkait dengan pemberdaayaan masyarakat dan kewajiban mengembalikan kondisi alam setelah dilakukan penambangan," katanya.
Yang perlu diperhatikan, kata Joko, bagaimana penambangan yang dilakukan harus baik dan benar. Para penambang harus tetap mematuhi regulasi yang ada. "Kalau korporasi besar rata-rata patuh dengan regulasi. Yang merusak dan perlu diedukasi itu penambang liar. Kalau yang punya izin resmi pasti disemprit jika melanggar," katanya.
Dalam konteks ini, kata Joko, IKATA memiliki peran penting untuk ikut melakukan penambangan yang ramah lingkungan. Termasuk melakukan edukasi kepada para penambang liar. "Perusahaan penambangan juga memberikan CSR kepada masyarakat dan terus menunjang kegiatan ekonomi di masyarakat. Kami 70% rata-rata menggunakan warga lokal di area penambangan," katanya.
(*)