Gizi Itu Penting, Pelatih Akademi Laliga: Messi Dulu Tidak Makan Gorengan!

Photo Author
- Minggu, 21 Februari 2021 | 12:47 WIB
Foto: Okezone
Foto: Okezone

SLEMAN, KRJOGJA.com - Pembinaan sepakbola usia dini di masa pandemi menjadi perbincangan hangat dalam webinar Akademi di Tengah Pandemi yang digagas Jurnalis Olahraga Yogyakarta (JOY), Sabtu (20/2/2021) kemarin. Beberapa pembicara ekspert dihadirkan mulai Eladio Antonio R.R, Head Coach Estrellas Del Futbol (EDF) LaLiga Academy, Guntur Cahyo Utomo Direktur Akademi PSS, Rudi Eka Priyambada CEO Safin Pati Football Academy dan Mat Halil pemilik El-Faza FC Surabaya.

Berbagai isu dibahas dalam forum terbuka itu seperti perbedaan pembinaan usia muda di Indonesia dan luar negeri, tantangan yang ada di dalam pembinaan di Indonesia hingga bagaimana kurikulum seharusnya untuk pemain usia muda. Eladio misalnya, menyampaikan materi menarik di mana sebuah akademi harus bisa berelaborasi dengan budaya setempat agar pembinaan berlangsung maksimal.

Spanyol dan Indonesia menurut Eladio memiliki kesamaan budaya sepakbola yakni bola cepat dengan sentuhan dari kaki ke kaki. Hal tersebut membuatnya yakin bawasanya anak-anak Indonesia sangat mungkin berkiprah di kancah internasional karena adanya kemiripan budaya sepakbola.

“Namun sampai saat ini masih ada perbedaan yakni fasilitas hingga kultur masyarakat, kebiasaan. Di Indonesia, perhatian pada asupan gizi tidak bisa dijalankan sempurna karena anak-anak makan dan minum di rumah masing-masing. Apalagai terkait budaya, di Indonesia anak-anak itu suka makan gorengan. Iya gorengan, beda kalau di Spanyol dulu Messi tidak makan gorengan,” ungkap Eladio tersenyum di depan forum seminar online tersebut.

Hal tersebut membuatnya melakukan penyesuaian di akademi yang dipimpinnya. Eladio menekankan adanya prinsip bahwa pemberian materi sepak bola untuk anak usia 6 tahun tidak boleh disamakan dengan usia yang jauh di atasnya. Bahkan untuk penyampaian materi kepada peserta akademi juga harus dibedakan berdasarkan usianya.




-

Eladio saat membagi pengalaman di webinar

“Bicara sepak bola untuk anak usia 6 dan 8 tahun tidak bisa masuk materi taktik. Tapi kalau usianya sudah di atasnya bisa lebih mudah mengajari. Lalu cara menyampaikan harus beda. Usia lebih kecil lebih sensitif karena kalau kita sampaikan lebih kasar maka anak-anak akan tak nyaman dengan kita, ini sangat penting untuk diketahui,” tuturnya.

Mat Halil, legenda hidup Persebaya yang kini juga melatih menyampaikan hal yang cukup menarik dalam pembinaan usia muda. Sekolah sepakbola menurut Halil menjadi salah satu penyedia stok pemain bagi tim profesional dan Indonesia yang harus benar-benar mendapat perhatian.

“Kalau kami, tujuannya untuk Persebaya, karena muaranya ke sana. Nah, kami ajarkan karakter permainan Persebaya, sehingga nantinya anak-anak kalau seleksi atau bahkan masuk tim tidak kaget lagi. Ini pentingnya memberikan dasar pemahaman dari awal, ya dengan keterbatasan yang ada tentu saja, karena kalau saya itu akademi-akademian lah,” ungkap Halil yang memang dikenal apa adanya ini.

Guntur Cahyo Utomo, mengamini Halil yang menilai muara pembinaan adalah menjadikan seorang anak menjadi manusia seutuhnya dan pemain berkualitas. Hal itu yang kini tengah diusahakan Guntur bersama tim sehingga membuat Super Elja Method yang diharapkan bisa dipelajari oleh ekosistem sepakbola di wilayah Sleman.

“Ini yang kami sedang lakukan, bagaimana proses latihan yang ada selama 1,5 tahun kami catat dan bagikan untuk siapapun yang membutuhkan. Kami berusaha membangun itu,” tandas Guntur. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X