YOGYA, KRJOGJA.com - Semua kegempaan di Gunung Merapi terus meningkat secara intensif. Menandakan adanya desakan magma dari bawah menuju permukaan. Bahkan intensitas kegempaan pada minggu ini, lebih tinggi dibanding minggu lalu. Data pemantauan kegempaan Gunung Merapi periode 6-12 November 2020, tercatat 244 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 2.189 kali gempa Fase Banyak (MP), 9 kali gempa Low Frekuensi (LF), 385 kali gempa Guguran (RF), 403 kali gempa Hembusan (DG) dan 6 kali gempa Tektonik (TT).
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, untuk gempa hembusan ratarata terjadi sekitar 40 kali/hari. Sedangkan sepanjang 13 November terjadi 69 gempa hembusan. Jumlah ini cukup tinggi, namun relatif stabil. "Tingginya jumlah gempa hembusan dapat dimaknai terjadi pelepasan gas secara signifikan, sehingga diharapkan mengurangi tekanan magmanya,†terang Hanik, Sabtu (14/11).
Menurutnya, berkurangnya gas karena telah banyak yang dilepas juga diharapkan mengurangi potensi terjadinya letusan eksplosif. Lebih lanjut dijelaskan Hanik, desakan magma yang terus bermigrasi menuju permukaan, menyebabkan banyak terjadi guguran pada dinding kawah, baik yang mengarah ke luar kawah maupun ke dalam kawah. Sepanjang Jumat 13 November, terjadi 59 kali gempa guguran. Sedangkan dari pengamatan, terdengar suara gemuruh guguran sebanyak 5 kali dari PGM Babadan dan PGM Kaliurang.
Desakan magma juga membuat tubuh gunung menggembung. Deformasi Gunung Merapi yang dipantau menggunakan EDM pada minggu ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 10 cm/ hari. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta meminta agar kelompok relawan yang turut terjun membantu penanganan pengungsi erupsi Gunung Merapi untuk melapor sebelum melaksanakan kegiatannya. "Kami minta jika ada kelompok atau kawan relawan yang akan turun membantu untuk melapor ke BPBD Sleman terlebih dulu,†kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman Makwan.
Menurut dia, tujuan dari pelaporan tersebut selain untuk pendataan juga guna mengetahui spesifikasi kemampuan yang dimiliki masing-masing relawan dan kelompok relawan. "Kami harus tahu itu spesifikasi kemampuan dari relawan, apakah dalam hal evakuasi, dapur umum, penyelamatan atau lainnya. Jadi nanti akan mudah dalam koordinasi,†katanya.
Ia mengatakan, saat ini memang belum banyak kelompok relawan yang terjun membantu penanganan tanggap darurat bencana erupsi Gunung Merapi di wilayah Sleman. â€Saat ini kelompok relawan yang sudah melaporkan turut turun membantu yakni dari Dompet Dhuafa dan Aksi Cepat Tanggap (ACT), selain itu juga dari Tagana Sleman, PMI Sleman dan relawan Sleman,†katanya.
Makwan mengatakan, pihaknya juga berharap kelompok relawan yang turun membantu dan membuat posko relawan untuk melapor ke BPBD Kabupaten Sleman. â€Ya itu namanya ‘kulanuwun’ (permisi) dengan yang memiliki wilayah,†katanya.
Panewu Cangkringan Suparmono mengatakan Saat ini lebih dari 200 orang warga Dusun
Kalitengah Lor, Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman harus mengungsi di barak pengungsian Glagaharjo karena wilayah mereka masuk dalam zona rawan bencana erupsi Gunung Merapi karena hanya berjarak kurang dari 5 kilometer dari puncak. Para pengungsi ini merupakan warga kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, balita, ibu hamil maupun penyandang difabel. (Dev/Ant)