Tidak Perlu Panik Dengan Isu Tsunami Selatan Jawa, Ini Penjelasan Geolog UGM

Photo Author
- Selasa, 29 September 2020 | 12:12 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

SLEMAN, KRJOGJA.com - Beberapa waktu terakhir ramai dibicarakan potensi gempa besar yang bisa memicu Tsunami di selatan Jawa. Munculnya pemberitaan dari berbagai media membuat potensi yang didapat dari beberapa kajian penelitian tersebut membuat resah masyarakat meski pada kenyataannya Indonesia hidup berdampingan di zona gempa pertemuan lempeng tektonik.

Dr Gayatri Indah Marliyani, geolog UGM menyampaikan pandangan terhadap berbagai pemberitaan yang perlu digarisbawahi yaitu hasil-hasil studi yang disampaikan masih berupa skenario. Kajian pada kejadian gempa dan tsunami yang dipaparkan para peneliti masih berupa potensi dan bukan prediksi.

“Untuk menjadi prediksi, informasi yang disampaikan harus meliputi waktu, besaran magnitudo, dan lokasi kejadian. Potensi terjadinya tsunami memang ada di selatan Jawa, tapi kapan terjadinya kita belum tahu,” ungkapnya pada wartawan, Selasa (29/9/2020).

Gayatri mengatakan masyarakat tidak perlu panik dengan adanya skenario yang disampaikan para peneliti. Pemaparan yang ada tidak serta merta memberikan informasi kejadian gempa dan tsunami di selatan Jawa akan terjadi pada rentang waktu tertentu.

“Hingga saat ini masih belum ada teknologi yang terbukti bisa melakukan prediksi dengan akurasi tinggi. Upaya penting yang bisa dilakukan masyarakat adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala bencana yang mungkin terjadi, termasuk bencana gempa bumi dan tsunami. Misal terjadi tsunami, setidaknya masyarakat harus mengetahui harus ke mana. Jika berada di tepi pantai, lantas merasakan gempa besar dan melihat air laut surut maka harus segera menjauhi pantai dan menuju tempat yang tinggi seperti bukit atau gedung-gedung yang tinggi,” sambung Gayatri.

Masyarakat yang berada jauh dari pantai lebih dari 20 kilometer atau pada daerah dengan ketinggian lebih dari 30 meter dari permukaan laut diminta tidak khawatir. Pasalnya menurut dia, tsunami tidak akan mencapai area tersebut.

Gayatri mengakui riset-riset terkait dengan prediksi gempa bumi mulai dikembangkan lebih serius dengan berbagai pendekatan, di antaranya dengan analisis seismisitas, gangguan pada gelombang eletromagnetik, adanya anomali emisi gas Radon, serta perubahan muka air tanah. Berbagai parameter mulai dimonitor di lokasi-lokasi yang dicurigai aktif secara tektonik oleh beberapa peneliti untuk mengetahui adanya keterkaitan antara pola anomali dan kejadian gempa bumi.

Beberapa keterbatasan dalam menerapkan metode-metode ini antara lain sensor harus berada dekat dengan sumber gempa bumi dan yang terpenting adalah melakukan validasi data secara global. Menurut Gayatri yang juga perlu diketahui di daerah subduksi aktif seperti di Sumatra dan Jawa, gempa dengan magnitudo kecil-sedang kurang dari M4 terjadi hampir setiap hari.

“Meski begitu studi tentang prediksi gempa bumi ini layak untuk terus dilakukan, sebab jika berhasil akan memberikan kemaslahatan sangat besar bagi kehidupan manusia. Mitigasi juga perlu dilakukan dengan maksimal seperti jaringan jalan di sepanjang pantai selatan Jawa yang kebanyakan jalan besar searah dengan pantai maka semestinya ada alur evakuasi berupa jalan yang menjauhi pantai atau menuju area yang tinggi dan memungkinkan untuk menjadi jalur evakuasi masyarakat ketika terjadi gempa dan tsunami, terutama pada area area padat penduduk atau ramai aktifitas manusia. Penting bagi pemerintah antara lain memasukkan materi kebencanaan dalam kurikulum pendidikan dasar hingga menengah atas, menyusun protokol penanggulangan bencana mulai di tingkat keluarga hingga masyarakat, dan mendukung riset-riset yang terkait dengan kebencanaan,” pungkas Gayatri. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X