PERJUANGAN seorang guru pada masa pandemi dilakukan oleh Pratiwi Dyah Indari SPd Guru Kelas 4 SD Negeri Nolobangsan Kompleks Polri Gowok Caturtunggal Depok Sleman. Bu Tiwi, begitu sapaannya saat berada di sekolah, rela antar jemput soal ke rumah siswa yang diajarnya saat masa pandemi.
Pada masa pengajaran lalu, cara jemput bola soal kepada sejumlah siswanya tersebut dilakukan untuk tetap lancarnya proses belajar mengajar. Awalnya, selama pembelajaran daring ini masih ada orangtua siswa yang telepon selulernya belum berbasis android sehingga tak bisa menunjang pembelajaran daring. Inilah yang menjadikan guru muda ini lebih memilih jemput bola ke rumah siswa demi agar mereka tetap bisa mengikuti pembelajaran selama pandemi.
Menurut Tiwi, terdapat orangtua siswa yang mengaku terkendala dengan telepon selulernya hingga menyebabkan proses pengajaran menjadi tidak lancar. Mulai dari masalah pengiriman hasil foto atau video jawaban soal yang tak jelas dan ngeblur, sampai ke masalah teknis lainnya. "Ada orangtua siswa yang mengakui telepon seluler mereka jadul, sehingga kendala ini menyebabkan saya turut terkendala saat mengoreksi soalnya," ungkap Tiwi.
"Karena itulah daripada saya susah ngoreksi, akhirnya ngalahi antar jemput soal ke rumah siswa ini," sebut Tiwi. "Pertama untuk mengantarkan soal yang harus mereka kerjakan, lalu kembali mengambilnya untuk saya nilai," sebutnya.
Dijelaskan Tiwi, waktu itu sekolahnya masih memberlakukan sistem piket guru. Setiap jadwal piket seminggu tiga kali itulah ia manfaatkan berkunjung ke rumah siswa untuk antar jemput soal. Selama pembelajaran daring ini memang sudah ada orangtua siswa yang telah memiliki telepon seluler yang menunjang. Tapi ada pula yang telepon selulernya belum berbasis android sehingga tak bisa menunjang pembelajaran daring. Inilah yang menjadikan Tiwi lebih memilih jemput bola ke rumah siswa demi agar mereka tetap bisa mengikuti pembelajaran selama pandemi. Tiwi pun mengapresiasi siswa yang demi bisa ikut pembelajaran daring, berjuang untuk membeli telepon seluler.
"Jadi kemarin sempat ada siswa yang mengambil tabungan sekolah demi untuk membeli telepon seluler baru agar bisa bergabung dalam pembelajaran daring," kisahnya.
Ia sendiri sebagai guru kelas mengakui selalu perlu persiapan jelang mengajar daring. "Setiap malam saya sudah harus mempersiapkan materi yang akan diajarkan besok pagi. Ini tentu butuh persiapan. Karena perlu ide bagaimana siswa maupun orangtuanya bisa menerima materi guru secara jelas," pungkasnya. (Sal)