SEBONGKAH batu berat kisaran 15 kilogram ditemukan di antara tumpukan batu yang diangkut dari Kali Gendol, lereng Merapi. Warna hitam kecoklatan seperti bekas terbakar, sekilas seperti batu yang dimuntahkan dari gunung merapi saat terjadi erupsi. Namun ada yang berbeda. Benda mirip batu tersebut lebih berat dibanding batu dengan ukuran setara.
Keanehan itu menarik perhatian seorang warga Manisrenggo Klaten. Lantas benda mirip meteor tersebut disimpan. Diceritakan, suatu hari, ada praktisi keris datang melihat keberadaan benda aneh tersebut. Lalu dicoba dipotong dengan alat gerinda pemotong baja. Melalui perjuangan ekstra keras selama beberapa hari dan berulangkali harus ganti mata pisau gerinda, akhirnya benda mirip batu tersebut bisa teriris tipis. Irisan yang dihasilkan, permukaannya seperti baja mengkilap. Sangat keras dan tajam.
Apakah benda tersebut batu meteor?
Pemilik belum berani berspekulasi menyebut bahwa benda tersebut batu meteor. Karena memang belum dibawa ke laboratorium. Sedianya potongan batu tersebut akan dibawa ke laoratorium kimia mineral. Namun selesai mengiris barengan datangnya pandemi korona, rencana menguji ke laboratorium belum telaksana,
Menurut literasi, ciri fisik yang tampak mata, benda tersebut mirip dengan ciri-ciri batu meteor. Disebutkan, permukaan luar batu meteor cenderung berwarna hitam kecioklatan seperti habis terbakar. Batu meteor (meteorit) lebih berat dari batu biasa karena batu itu mengandung 90 persen logam besi dan sisanya meteorit magnet dan nikel.
Keberadaan meteorit yang langka, menjadikan harga batu ini menjulang. Batu berukuran besar, konon dihargai ratusan juta hingga miliaran rupiah. Batu meteorit yang indah juga langka dan usianya bisa sangat tua, sehingga para kolektor ingin mengoleksinya. Salah satu meteorit yang dihargai mahal adalah meteorit dari Mars seberat 100 gram yang dihargai lebih dari Rp 1,3 miliar.
Keris yang merupakan senjata tradisional yang salah satu bahannya adalah batu meteor. Para empu zaman dahuu memiliki kemampuan mendeteksi batu meteor dengan kemampuan indera, Meliputi melihat wujud isik batu meteor, perabaan, penciuman, suara yang dihasilkan, berat jenis dan cara lain. Caranya dengan membakar batu meteor tersebut.
Misalnya di naskah era zaman Majapahit dan era awal zaman Majapahit, yang menjelaskan bahwa kemampuan nenek moyang (empu) untuk mendeteksi dan melebur batu meteorit. Keris-keris yang menggunakan unsur batu meteorit banyak dijumpai cukup banyak di era zaman Majapahit sekitar abad 13 sampai 15 Masehi. Diperkirakan ada ribuan keris yang menggunakan batu meteorit.
Tujuan penggunaan batu meteorit pada dunia perkerisan, dari sisi keindahan estetikanya yang berguna untuk membentuk motif-motif pamor (guratan-guratan) pada bilah keris. Dari sisi spiritualnya, yaitu makna simbolik dari pamor. (Dar)