SLEMAN, KRJOGJA.com - Tradisi tahunan labuhan Merapi yang nantinya digelar pada 6 dan 7 April diharapkan bisa menjadi magnet bagi wisatawan. Untuk datang ke objek-objek wisata lereng Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Sudarningsih, Selasa (2/4/2019). Menurutnya wisatawan luar daerah bisa menikmati dan melihat kegiatan budaya tersebut. “Biar wisatawan melihat kegiatan itu dan kunjungan bisa naik,†katanya.
Kegiatan labuhan Merapi diawali dari ubo rampe (sesaji) dari Keraton Yogyakarta dibawa ke kantor Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman pada Sabtu (6/4/2019). Dari sana akan dibawa ke kantor Kecamatan Cangkringan. “Dari Kecamatan Cangkringan diantar ke juru kunci (Merapi),†kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Aji Wulantara.
Ubo rampe yang dibawa itu seperti Sinjang Limaran, Sinjang Cangkring, Semekan Gadung, Semekan Gadung Mlati. Kemudian Peningset Udaraga, Seswangan, Seloratus Lisah Konyoh, Kembang Setaman, Yotro Tindih, Destar Doromuluk, dan lainnya
Dari kantor Kecamatan Cangkringan kemudian diserahkan kepada juru kunci Merapi, Mas Kliwon Suraksohargo atau Mas Asih. Selanjutnya pada Minggu (7/4/2019) pagi, dibawa ke Pos I Srimanganti yakni jalur pendakian dari Kinahrejo.
Dibawa berjalan kaki oleh juru kunci Merapi bersama para perangkat desa, maupun abdi dalem Keraton Yogyakarta. “Kalau yang formal, ada sekitar 400 orang dari Keraton Yogyakarta dan juga (perangkat) kecamatan,†katanya.
Dikatakan Aji, makna dari labuhan Merapi sendiri berupa ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sekaligus bentuk simbolis dalam menjaga lingkungan atau alam. Ia pun merasa tak khawatir meski Gunung Merapi saat ini sedang bergejolak. Hampir setiap hari terjadi luncuran awan panas maupun guguran lava pijar.