SLEMAN, KRJOGJA.com - Petani di Sleman mengandalkan sumur pantek di tengah musim kemarau saat ini. Bahkan, volume air di embung menyusut. Diperkirakan, penyusutan embung se-Kabupaten Sleman rata-rata sekitar 20-25 persen.Â
"Setiap musim kemarau pasti terjadi penyusutan volume air di embung. Jika biasanya air bisa melimpah ke sungai, kali ini air hanya tertahan di embung saja,†ujar Adi Muritno, Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Sleman di kantornya, Jumat (14/9).
Menurutnya, air embung Tirta Arta di kompleks Pemkab Sleman juga menyusut. Hanya saja, air dari embung tersebut tidak dijadikan sumber untuk mengairi area pertanian. Sebab, Embung Tirta Arta digunakan untuk wisata dan konservasi.
Hingga kini, lanjut Adi, pihaknya belum menerima adanya laporan terjadi kekurangan air di persawahan.
"Sekarang petani sudah mulai paham, jika kemarau maka tanamannya ialah palawija. Hanya saja, kalau benar-benar sudah kekurangan air ya mereka
inisiatif memompa dari sumur pantek atau mengambil dari sumur dalam,â€
imbuhnya.
Sumur dalam itu, di Sleman jumlahnya ada 24. Paling banyak ada di wilayah timur seperti Kalasan, Berbah dan Ngemplak. Untuk debitnya sendiri saat ini masih dikisaran 20-30 liter perdetik. Jadi, petani bisa memanfaatkan sumur dalam itu jika terjadi musim kemarau. (Adk)