SLEMAN, KRJOGJA.com - Hingga Juli 2018, di Kabupaten Sleman sudah terjadi tiga kasus Angka Kematian Ibu (AKI). Dua diantaranya karena kasus kelainan jantung pada si ibu dan satu akibat pendarahan.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) melakukan upaya agar tidak ada penambahan kasus AKI. Pasalnya selama kurun 2017, di Sleman ada enam kasus AKI. Angka ini sudah turun dibandingkan 2016 dengan delapan kasus. Berdasarkan analisa saat ini, penyebab AKI maupun Angka Kematian Bayi (AKB) tidak sebatas pada unsur medisnya saja. Namun juga ada dari sisi managemen.
"Selama ini kasus AKB di Sleman itu memang naik turun. Namun kita terus berupaya agar tidak sampai naik, melainkan terus turun. Dan sampai Juli ini saja sudah ada tiga kasus. Jangan sampai ada tambahan kasus lagi," ujar Wakil Bupati (Wabup) Sleman Sri Muslimatun dalam workshop percepatan penurunan AKI dan AKB di Hotel Grand Tjokro Sleman, Senin (6/8/2018).
Workshop tersebut lebih banyak membahas yang berkaitan dengan manajerial. Pasalnya saat ini ada kebijakan baru terkait pemberian rujukan untuk kasus ibu hamil dan melahirkan. Perbaikan manual rujukan juga bisa untuk menekan AKI dan AKB. Apakah berupa peraturan bupati atau yang lain.
Sementara itu Kepala Dinkes Sleman dr Joko Hastaryo menuturkan, pada dasarnya fasilitas kesehatan serta tenaga medis di Sleman itu mampu untuk menekan AKI dan AKB. Termasuk dokter spesialis kandungan maupun anak juga siap melakukan penanganan persalinan. Namun terkendala aturan yang lebih bersifat managerial.
"Di era JKN dengan operator BPJS seperti sekarang ini, memang cukup menjadi kendala. Apalagi ada kebijakan baru yang justru menghambat dalam pelayanan. Sudah ada beberapa masukan, terutama tentang manual rujukan. Jangan sampai biaya ibu yang melahirkan tidak tertangani dan bearkibat kasus meninggal dunia," jelas Joko.(Awh)