SLEMAN, KRJOGJA.com - Beberapa hari terakhir publik dikejutkan dengan kematian seorang guru mata pelajaran kesenian di Sampang Madura Jawa Timur. Sang guru meregang nyawa diduga mengalami mati batang otak setelah mendapatkan perilaku kekerasan dari sang murid yang tak terima ditegur saat pelajaran.
Sontak saja hal tersebut menjadi keprihatinan banyak pihak termasuk datang dari ahli hukum tata negara Prof Mahfud MD. Di hadapan anak-anak muda dari 8 perguruan tinggi DIY dalam talkshow bersama Rosianna Silalahi, Sabtu (3/2/2018), Mahfud menilai latarbelakang kejadian kekerasan terjadi akibat melunturnya nilai Pancasila saat ini.
Mahfud yang asli Madura menilai, masa yang lalu anak-anak muda begitu menghargai orang yang lebih tua seperti yang diintisarikan dalam Pancasila. “Ini (kejadian Sampang) di mana Pancasilanya, masa saya dulu tidak begitu karena ada norma yang dijunjung oleh masyarakat. Kok sekarang terasa hilang sampai ada kejadian terbunuhnya guru seni itu,†ungkapnya.
Mahfud mengharap kasus ini menjadi perhatian banyak pihak untuk terus menanamkan nilai Pancasila yang tentu saja disesuaikan dengan perkembangan jaman. “Ini alasan mengapa Pancasila harus terus ditanamkan karena tantangan anak-anak jaman now ini semakin berat terutama di era teknologi di mana ideologi luar dengan mudah masuk,†sambungnya.
Sebelumnya diberitakan Ahmad Budi Cahyono, guru seni SMAN 1 Torjun Sampang meninggal dunia beberapa waku setelah dipukul muridnya sendiri. Murid berinisial MH yang duduk di kelas XII tak terima ditegur sang guru dengan dicoret cat air di bagian pipi meski sebelumnya melakukan tindakan usil di kelas dengan mencoret-coret lukisan temannya dan sempat ditegur secara lisan. (Fxh)
Baca Juga: Kasihan, Istri Guru yang Meninggal Itu Baru Hamil 5 Bulan