SLEMAN, KRJOGJA.com - Tradisi merti dusun merupakan salah satu kegiatan budaya untuk membangun kebersamaan, sekaligus sebagai aktualisasi diri dan sarana menghidupkan kehidupan desa yang dekat dengan nilai-nilai luhur tradisi dan budaya.
Selain itu, merti dusun sebagai wujud syukur kepada Allah SWT atas limpahan rizki, kesehatan yang diberikan Nya untuk seluruh warga. Hal inilah yang mendasari Padukuhan Simping melakukan tradisi merti merti dusun ini. Demikian diungkapkan Panitia Agus Suryanto melalui keterangan persnya, Selasa (14/11/2017).
Dia menjelaskan kegitan dilaksanakan 17-25 November 2017 di Padukuhan Simping, Sidomoyo, Godean. Doa bersama dan pengajian mengawali merti dusun ini dan seluruh warga mengeluarkan potensi yang dimiliki di padukuhan, baik potensi seni, tani, maupun ekonomi.Â
"Kegiatan selanjutnya kirab budaya padukuhan berupa pasok bulu bekti hasil bumi, dan hasil olahan warga padukuhuan kepada pemerintahan. Hal ini sebagai wujud rasa handarbeni, cinta dan bakti warga kepada pemerintah," jelasnya.
Dalam kirab budaya, kata Agus setiap RT, kelompok masyarakat membawa gunungan sesuai dengan potensi yang ada di wilayah masing-masing. RT 01 membawa gunungan cethitet sebuah makanan tradisional yang sudah jarang ditemui dan RT 02 membawa gunungan buah-buahan.
Warga di RT 03 yang warganya mempunyai potensi produsen telur asin, gathot, thiwul dan tempe. Sedangkan warga RT 04 mengeluarkan gunungan kupat. Rangkaian kirab budaya ini mengambil rute Padukuhan Simping – Lapangan Desa Sidomoyo.
Rangkaian kegiatan selanjutnya adalah pentas seni budaya berupa pementasan elekton langgam campursari, koesplus, karawitan sampai paduan suara. Puncak acara sekaligus penutupan kegiatan merti dusun di pentaskan Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk dengan dalang Ki Seno Nugroho, bintang tamu Mimin dan Aprilia. (*)