Masyarakat Jangan Sampai Tertipu Berita Hoax, Budaya Literasi Penting Digalakkan

Photo Author
- Rabu, 12 April 2017 | 17:30 WIB

SLEMAN, KRJOGJA.com - Diskusi menarik tersaji dalam Seminar Implementasi UU ITE untuk Mencegah Hoax di Media Sosial yang digagas Bina Sarana Informatika (BSI) bersama Polda DIY di Tara Hotel Jalan Magelang, Rabu (12/4/2017). Tiga pembicara yakni Dr Mochammad Wahyudi, Dosen BSI dan Praktisi IT, AKBP Andrie Satiagraha Ditreskrimsus Polda DIY dan Yanto Sumantri dari komunitas ICJ mampu memantik puluhan peserta yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat.

Dr Mochammad Wahyudi sendiri dalam pemaparannya mengingatkan masyarakat untuk membudayakan 'Tabayun' saat menerima informasi atau berita apapun di media sosial. Menurut dia, kroscek atau budaya teliti sangat perlu dilakukan terutama di saat berita hoax begitu membanjir di media sosial.

"Kalau kita terima berita dan ingin menyebarkan harus kroscek terlebih dahulu. Karena kalau ternyata berita itu keliru dan mengandung pencemaran nama baik maka yang posting dan sharing bisa kena juga. Kalau tidak yakin dan tak punya waktu untuk melakukan klarifikasi kebenaran berita maka tak usah disebarkan, bisa kena pasal UU ITE," ungkapnya.

Hal senada disampaikan AKBP Andrie Satiagraha Ditreskrimsus Polda DIY yang bahkan mengingatkan masyarakat bawasanya saat ini jempol tangan bisa jadi harimau untuk diri sendiri lantaran segala sesuatu bisa dilakukan melalui telpon pintar. "Kalau kita menyebarkan berita hoax dan ada kerugian orang lain maka bisa diproses secara hukum. Ada beberapa contoh seperti Buni Yani yang menyebar video Ahok dengan bumbu unsur sara kemudian jadi masalah. Kami ingatkan bawasanya sekarang jempolmu harimaumu jadi harus lebih berhati-hati," terangnya.

Sementara di sisi lain Yanto Sumantri menilai menyebarnya berita hoax bertema negatif sangat mudah terjadi khususnya di wilayah Indonesia karena budaya melebihkan informasi yang sudah ada sebelum masa online muncul. Dari sudut pandang masyarakat, Yanto menilai adanya kepentingan baik ekonomi hingga politis menjadi penyebab terus adanya berita hoax yang mulai sulit ditanggulangi.

"Kalau dari saya sebagai masyarakat pendekatan yang dilakukan harus lebih manusiawi jangan hanya dilarang ini dan itu. Tapi kita harus merangkul agar lebih nyata sampai tujuan yang dimaksudkan, tak menyebarkan dan membuat berita hoax. Masyarakat merasa UU ITE itu mengancam karena selama ini yang masyarakat terima menekan dan terkesan sepihak," terangnya.

Direktur BSI Ir Naba Aji Notoseputro berharap adanya seminar dengan pembicara oara ekspert di bidangnya mampu membawa pencerahan dan menularkan energi positif pada masyarakat terlebih saat ini dunia maya menjadi bagian hidup. "Kami trenyuh dengan kondisi di dunia maya dan berusaha mengedukasi masyarakat. Di seminar ini kita undang berbagai komunitas dan guru-guru serta siswa wilayah DIY dengan harapan mereka bisa 'getok tular' menyebarkan bagaimana jadi netizen yang cerdas," ungkapnya. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X