SLEMAN, KRJOGJA.com - Kondisi literasi di Indonesia saat ini masih tergolong memprihatinkan. Pada tahun 2012, baru 0,001 persen dari 250 juta atau 250 ribu orang yang punya minat membaca. Bahkan data UNESCO 2014, anak Indonesia hanya membaca 27 halaman dalam satu tahun.
"Hasil kajian dari Perpusnas RI 2015 menyebut, minat baca masyarakat Indonesia dalam kategori rendah yakni 25,1 persen. Hal itu sesuai dengan kondisi sekarang, yakni masyarakat lebih suka membaca judul dari pada isi informasi tersebut," ungkap Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman Ir AAAyu Laksmidewi TP MM.
Tak mau berlarut lama dalam kondisi tersebut, pihaknya ingin memulai era baru yakni 'Era Perpustakaan'. Maka, gerakan literasi dari pemerintah harus terus ditingkatkan. Di samping itu, diperlukan pula dukungan semua pihak, mulai dari keluarga, lingkungan, sekolah, tempat kerja dan lainlain untuk menumbuhkan minat gemar membaca.
"Melihat kondisi itu, kami ingin perpustakaan jadi jendela dunia. Jika di sekolah ada perpustakaan, maka harus dimanfaatkan untuk membaca buku. Tentu tidak hanya dibaca saja tetapi juga harus memahami isinya. Seperti maraknya informasi yang belum tentu benar atau hoax itu bisa diantisipasi jika masyarakat punya bekal pengetahuan dalam menyaring dan memilah informasi tersebut," paparnya. (Adk)