SLEMAN (KRjogja.com) - Umat Kristiani di seluruh dunia termasuk Yogyakarta Rabu (1/3/2017) memulai masa pantang dan puasa menjelang hari raya Paskah dengan peringatan Rabu Abu. Selama empat puluh hari kedepan umat diminta berbela rasa menahan segala hal buruk termasuk dalam ucapan, perbuatan dan keinginan diri.
Di gereja-gereja wilayah DIY sejak siang hingga malam hari silih berganti umat Kristiani mengikuti ibadat Rabu Abu. Peringatan pemberian abu di dahi ini merupakan bentuk kesediaan masing-masing individu umat untuk memasuki masa pantang dan puasa.
Salah satu gereja yang menggelar misa Rabu Abu dengan khusuk adalah Gereja Santo Yohanes Rasul Pringwulung, Depok Sleman. Tiga waktu misa yakni pagi, sore dan malam dipenuhi oleh umat dari berbagai macam lokasi di wilayah Depok dan sekitarnya.
Romo Kosantinus Heriyanto Pr menyampaikan harapan agar selama masa empat puluh hari ini umat Kristiani di manapun berada bisa melaksanakan pantang dan puasa sebagai bentuk keseriusan dalam pertobatan akan dosa. Menurut dia, makna Rabu Abu hanya merupakan pintu masuk untuk mempersiapkan hati menuju pertobatan yang sebenarnya.
"Kita menerima abu di dahi sebagai bentuk persetujuan kita mendapatkan sebuah pengampunan lewat pertobatan. Saya berharap umat semua bisa memaknai ini lebih dalam melalui penerimaan sakramen pengampunan dosa sebelum masa Paskah tiba," ungkapnya.
Dalam khotbahnya, Romo Heriyanto juga menyampaikan makna pantang dan puasa yang dianjurkan oleh Paus Fransiskus di mana umat Kristiani diminta menjaga ucapan, perbuatan dan keinginan diri. "Paus Fransiskus meminta kita untuk memaknai betul ucapan kita, jangan sampai menyerang orang lain dan menimbulkan permusuhan, hal inilah yang mungkin begitu penting diperhatikan dalam masa pantang dan puasa kali ini," imbuhnya. (Fxh)