YOGYA (KRjogja.com)- Wacana pembubaran Pasar Kembang (Sarkem) yang merupakan salah satu pusat Pekerja Seks Komersial (PSK) di Yogyakarta menyeruak beberapa waktu terakhir. Hal tersebut ternyata menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para penjaja cinta yang tergabung dalam Perhimpunan Perempuan Pekerja Seks Yogyakarta (P3SY).Â
Dalam sebuah diskusi bertajuk Kekerasan Struktural dan Meningkatnya Kerentanan Pada Komunitas Pekerja Seks di Kantor Kelurahan Sosromenduran Yogyakarta Kamis (15/12/2016) untuk memperingati Hari Anti Kekerasan Terhadap Pekerja Seks, Sarmi selaku ketua menyampaikan saat ini para 'mbak-mbak' yang ada di Sarkem merasa gelisah bawasanya ada wacana untuk menutup lokasi tersebut.Â
Apalagi, kata Sarmi pemerintah daerah seakan tak ingin tahu lantaran Sarkem dinilai bukan sebagai lokalisasi yang diperuntukkan untuk menampung PSK.Â
"Jujur kami dibuat gelisah dengan adanya wacana penutupan, ditambah pemerintah daerah yang seolah membiarkan perdebatan di lapangan antara masyarakat yang setuju atau tidak setuju. Padahal di lapangan yang kami alami warga itu baik-baik saja, hubungan dengan RT dan RW juga tidak ada masalah sama sekali," ungkapnya.Â
Sarmi juga menyampaikan kekhawatiran bilamana Sarkem dibubarkan, nantinya malah muncul kesulitan pengaturan lantaran para PSK pasti tetap akan berusaha mencari nafkah di bisnis tersebut. "Akan semakin sulit untuk koordinasi kesehatan, nanti mangkal di mana tak bisa dipetakan dan bisa menimbulkan masalah-masalah baru," imbuhnya.Â
Sarmi mencatat saat ini ada 300 anggota P3SY yang ada di Sarkem. Namun jumlah tersebut bisa mengalami pertambahan terutama ketika malam hari tiba lantaran ada yang tak bergabung dalam perhimpunan tersebut. (Fxh)