SLEMAN (KRjogja.com) - Berdasarkan data dari Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM), sumberdaya batubara Indonesia berjumlah 161 miliar ton. Sedangkan cadangannya mencapai sekitar 28 miliar ton.
Data tersebut masih perlu dibandingkan dengan data lain. Yang menyebutkan, jumlah cadangan batubara Indonesia hanya 5,229 miliar ton dari cadangan dunia yang 860 miliar ton.
Meski Indonesia sering dikatakan 'kaya raya', tetapi jumlah cadangan batubaranya ternyata hanya tertinggal 0,6 persen dari jumlah cadangan batubara dunia. Apalagi di 2015, porsi kebutuhan batubara untuk pembangkit listik sudah mencapai 50 persen. Diperkirakan pada 2020 nanti, sudah mencapai 63 persen dari bauran energi nasional untuk sektor kelistrikan.
"Meskipun belum termasuk sepuluh besar negara pengonsumsi batubara. Ternyata Indonesia adalah pengekspor terbesar batubara, disusul Australia. Karena konsumsi batubara terbesar di dunia adalah Cina," kata Dr Koesnaryo dosen Fakultas Teknologi Mineral (FTM) UPN 'Veteran' Yogyakarta dalam Seminar Nasional Kebumian XI, Rabu (3/11).
Hadir dalam kesempatan tersebut, Dirjen Minerba Kementrian ESDM Bambang Gatot Ariyono, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi dan Dirut PT Pertamina East Natuna VP UTC PT Pertamina Sigit Rahardjo.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, secara umum industri migas modern di bumi Indonesia telah berusia 131 tahun. Sampai saat ini Migas masih berperan vital bagi negara. Baik sebagai sumber pendapatan negara maupun pasokan energi primer.
"Dibutuhkan para ahli ilmu kebumian untuk mewujudkan eksplorasi dan produksi migas yang berkelanjutan. Mengingat Migas masih tetap berperan dominan dalam komposisi energi primer nasional," ujarnya. (Awh)
