GODEAN (KRJogja.com) - Kabupaten Sleman memiliki beragam potensi budaya, baik yang tangible (fisik) maupun intangible (non fisik). Potensi budaya fisik berupa kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya. Sementara potensi budaya non fisik antara lain berupa sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku masyarakat.
Demikian ditandaskan Drs Fajar Sudarwo Msi atau yang biasa dipanggil Kang Jarwo, Ketua Asosiasi Asesor Fasilitator Pemberdayaan Masyarkat Indonesia, dalam Sarasehan Budaya 2014 di Pendopo Sukramanis, Krapyak, Sidoarum, Godean, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (1/11). Sarasehan tersebut digelar Dewan Kebudayaan Sleman, dihadiri pemerhati seni budaya, masyarakat, kelompok seni budaya se Sleman, serta dimeriahkan pementasan 'Dhadung Awuk Padat' oleh Sanggar Sayuk Karya, Moyudan.
Kang Jarwo juga mengungkapkan, Sleman memiliki potensi SDM dan SDA 40% dari semua potensi SDA dan SDM Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Karena potensi itulah, sehingga Sleman memiliki tombak 'Kyai Turunsih Tangguh Ngayogyakarto' pemberian Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Sabtu Kliwon 15 Mei 1999.
"Menurut beliau Sri Sultan Hamengku Buwono X, tombak 'Kyai Turunsih' mengisyaratkan laku ambeg paramarta, dijiwai rasa kasih sayang yang mencakup wilayah se Kabupaten Sleman. Menggambarkan sebuah keluarga besar yang harmonis, mulat sarira sesuai hari jadinya 'Anggana Catur Sarira Tunggal'," urai Kang Jarwo.
Lanjutnya, kosmos Kabupaten Sleman dalam garis imajiner keistimewaan DIY, menjadi tempat titik sumbu Merapi dan titik Tugu Golong Gilig, menjadikan manunggaling kawula gusti.' "Dengan demikian, nilai-nilai budaya Sleman menjadi daya dukung Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Daya dukung tersebut antaralain nilai-nilai, pengetahuan, norma, adat istiadat, benda, seni dan tradisi luhur," jelasnya. (M-1)