Krjogja.com, SLEMAN - Berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) 2021 lalu, 24% peserta didik di Indonesia mengalami perundungan dalam setahun terakhir. Selain itu 41 persen pelajar usia 15 tahun di Indonesia pernah mengalami perundungan setidaknya beberapa kali dalam sebulan.
Hal itu berdasarkan hasil dari Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) tahun 2018.
Sedangkan menurut Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2018 oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), 2 dari 3 anak perempuan dan laki-laki usia 13-17 tahun di Indonesia pernah mengalami paling tidak satu jenis kekerasan dalam hidup mereka.
Baca Juga: Kebutuhan Industri Tinggi Disperinaker Sukoharjo Kebanjiran Permintaan Melatih Menjahit
"Bullying yang paling banyak terjadi adalah verbal. Seperti mengatakan atau menuliskan sesuatu yang melakukan atau merendahkan. Seperti mengejek, memberikan komentar berbau seksual, mengancam atau memanggil dengan panggilan yang tidak pantas," kata Hidayatus Sholichah selaku Fasilitator Nasional Pencegahan dan Penanganan Bullying dan Disiplin Positif.
Hal ini diungkap dalam talkshow Together We Can Stop Bullying, Peran Orang Tua dan Guru dalam Mencegah dan Menangani Bullying' yang berlangsung di SDIT Baitussalam Prambanan, Sabtu (7/10/2023).
Kegiatan ini diselenggarakan secara kolaboratif oleh Komite Paralel Kelas 4 dan Wali Kelas 4. Peserta terdiri dari wali murid, wali kelas serta guru pengampu kelas 4 SDIT Baitussalam Prambanan.
Baca Juga: Proyek Jalan Tol Semarang-Demak Bakal Rampung 2025
Bentuk bullying yang lain menurut Hida yang juga wali murid kelas 4 SDIT Baitussalam Prambanan berupa bullying sosial, fisik dan cyberbullying. Untuk yang terakhir dapat terjadi selama 24 jam setiap harinya, karena diunggah secara anonim dan disebarluaskan cepat ke khalayak luas. Jika sudah tersebar, maka sangat susah untuk dihapus.
Sebagai upaya pencegahan bullying, pemerintah memunculkan program roots Indonesia. Program ini dikembangkan oleh UNICEF 2017-2020 bersama pemerintah, universitas serta berbagai praktisi.
Baca Juga: Senam Bugar Muhammadiyah (SEGARMU) diterapkan di sekolah dan jamaah se-Bantul
"Pendekatan yang dilakukan dengan memusatkan peran pelajar di sekolah sebagai 'agen perubahan' untuk menyebarkan pesan dan perilaku baik di antara teman sebaya. Dampak dari program ini, mampu menurunkan 30 persen kasus perundungan," jelasnya.
Sari Yullaifah selaku Wakil Kepala SDIT Baitussalam Prambanan mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh wali murid kelas 4 tersebut. Persatuan Orangtua Murid dan Guru (POMG) yang biasanya hanya berisikan pembagian hasil Asesmen Sumatif Tengah Semester (ASTS), kali ini dikemas secara berbeda. (*)