Krjogja.com - SLEMAN - Sekelompok orang yang mengatasnakanan dirinya Masyarakat Budaya Yogyakarta menggelar aksi teatrikal di Bunderan UGM, Jumat (03/11/2023). Dengan mengenakan pakaian tradisonal mereka menari kuda lumping yang didampingi tokoh Punokawan maupun Gatotkaca.
Aksi teartikal yang dilakukan ini mengajak masyarakat untuk dapat memaknai arti demokrasi yang sebenarnya. Terlebih lagi pada tahun jelang pemilihan umum (pemilu), nilai-nilai demokrasi harus dijunjung tinggi.
Koordinator aksi, Agung Ihsanat mengatakan kondisi demokrasi yang ada di tanah air sedang tidak baik-baik saja. Perbedaan yang terjadi acap dipermasalahkan dan justru diperuncing, hal ini tentunya bisa mengancam nilai-nilai demokrasi.
“Kami ingin mengabarkan kepada seluruh masyaraat Indonesia bahwa pamilu yang adil, jujur dan berkebudayaan harus terus dilanjutkan. Sebagaimana prinsip demokrasi yang telah kita jalankan selama lima kali pemilu terakhir,” jelasnya.
Ia menegaskan, pemilu 2024 harus sukses dan demokratis. Segala bentuk upaya yang mencoba memecahbelah bangsa dan merusak persatuan antar masyarakat harus diperangi.
Untuk dapat terciptanya iklim demokrasi, maka masyarakat harus kembali pada budaya. Leluhur telah mewariskan nilai-nilai budaya kepada bangsa ini untuk dijadikan alat guna mempersatukan masyarakatnya.
Walau berlainan kebudayaan, namun kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika harus dijunjung tinggi. Bukan malah sebaliknya, perbedaan kebudaya justru menjadikan jarak antara masyarakat akan semakin jauh.
“Ini sebagai tanggapan kami sebagai masyarakat tradisi budaya di Yogyakarta untuk menyampaikan dengan tegas bahwa kebudayaan itu penting menjadi fondasi utama dalam melaksanakan pemilihan demokrasi. Karena dalam kebudayaan kita diajarkan nilai-nilai yang begitu dalam, baik dan telah lama dijunjung tinggi nenek moyang,” jelasnya.
Ia juga menegaskan, bangsa Indonesia juga harus memiliki jati diri yang harus dipertahankan. Demokrasi yang telah dilaksanakan puluhan tahun harus terus dilakukan, karena inilah sistem pemerintahan paling tepat untuk Indonesia.
“Bagaimanapun Indonesia punya demokrasi sendiri. Tidak bisa mengikuti demokrasi seperti yang dilakukan Amerika maupun bangsa-bangsa Eropa, karena kita memiliki demokrasi sendiri,” pungkasnya. (*)